Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Wisata Religi di Kuindra, Inhil, Riau, Makam Tuan Guru Ramai Dikunjungi Peziarah Dalam & Luar Negeri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WISATA RELIGI INHIL - Kawasan makam Syekh Abdurrahman Siddiq di Kampung Hidayat Sapat Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Kamis (4/9/2025).

TRIBUNTRAVEL.COM - Keberadaan Makam Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau selalu menjadi daya tarik masyarakat, baik itu di dalam daerah maupun luar daerah.

Makam ulama yang juga dikenal dengan nama Tuan Guru Sapat ini memang diakui memiliki daya tarik religius yang sangat kuat.

Baca juga: Itinerary 1 Hari ke Wonogiri: Bujet Rp 138 Ribu Sudah Termasuk Trip ke Jembatan Kaca

Makan Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari atau Tuan Guru Sapat di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Inhil Riau. (Dok Tribun Pekanbaru)

Baca juga: Mengunjungi Bandar Seni Raja Ali Haji, Tempat Kegiatan Seni & Budaya di Bukit Raya, Pekanbaru, Riau

Setiap tahun masyarakat terus memperingati haul tuan guru setiap tahun bertepatan dari hari wafatnya.

Hal ini sendiri merupakan bentuk penghormatan kepada Tuan Guru Sapat atas perannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang agama Islam.

Baca juga: Itinerary Surabaya 2 Hari 1 Malam dari Madiun: Solo Traveling Rp 777 Ribu, Kereta PP & Hotel

Baca juga: Berlibur ke Pantai Indah Selat Baru di Bantan, Bengkalis, Riau, Lihat View Barisan Bukit Malaysia

Selain itu setiap harinya makam Tuan Guru Sapat terus didatangi oleh jamaah atau wisatawan dari berbagai pelosok nusantara hingga negara tetangga, yaitu  Malaysia Singapura dan Brunei Darussalam dan lainnya.

Bagi wisatawan yang ziarah ke makam Tuan Guru Sapat juga disuguhkan dengan cenderamata yang berkaitan dengan tuan guru sehingga ada kenang-kenangan yang bisa dibawa pulang.

Cenderamata ini dijual oleh masyarakat setempat di sekitar komplek Makam Tuan Guru Sapat yang notabene masih keturunan langsung Tuan Guru Sapat.

Selain di hari-hari biasa, wisata religi ziarah Tuan Guru Sapat kian meningkat tajam pada saat hari-hari libur dan hari besar  seperti lebaran.

Gubri Drs. H. Syamsuar, M.Si bersama Bupati Inhil HM Wardan dan generasi ke 2 Tuan Guru Ustadz Ali Azhar berada di depan Makam Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Inhil Riau, Minggu (14/11/21). (Istimewa)

Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar Inhil kelahiran Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun 1857 yang meninggal di Sapat, Kuindra, Kabupaten Inhil, Riau pada 10 Maret 1930.

Syekh Abdurrahman Siddiq adalah seorang ulama dari etnis Banjar keturunan ulama besar dari Kalsel bernama Syekh Arsyad Al-Banjari yang merupakan anak dari Muhammad Afif Bin Khadi H. Mahmud dan Shafura.

Ulama yang akrab dengan sebutan Tuan Guru Sapat ini sudah dikenal di mana-mana bahkan sampai di Mekah, karena ia juga menjadi pengajar di Masjidil Haram dan memiliki murid tersebar sampai ke Singapura, Malaysia, Jambi, Palembang, Kalimantan.

Tuan Guru Sapat sudah menetap di Sapat, Kecamatan Kuindra, Inhil sejak sekitar tahun 1890 an hingga wafat.

Tuan Guru Sapat juga merupakan Mufti kerajaan Indragiri atau ahli agamayang ditugaskan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam khususnya dalam hal perkawinan, mawaris pengadilan dan perceraian yang ditunjuk langsung oleh Sultan Indragiri.

Awalnya jabatan ini ditolak tuan guru sejak ditawarkan sultan, namun akhirnya diterimanya dengan syarat beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan.

Sebelum menetap di Sapat, tuan guru yang pernah memperdalam ilmu di Mekah selama 7 tahun ini, sempat merantau ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dan menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumbar.

Tuan guru juga pernah di Bangka Belitung sesaat setelah dirinya sampai di Kalimantan sepulang dari menuntut ilmu di Mekah, atas izin dari birokrasi pendidikan Mekah, Tuan Guru Sapat kembali ke tanah air dengan alasan ingin mengabadikan ilmu yang didapat di kampung halaman.

Meskipun kini dirinya telah tiada, namun karya-karyanya yang berbentuk kitab seperti jadwal sifat dua puluh, sittin masalah dan Jurumiah, asrarul shalah min’iddatil kutubi al mu’tamadah, syair ibarat dan kabar kiamat, serta banyak lainnya lagi yang saat ini masih menjadi literasi di banyak pusat pusat pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah .

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, Budaya (Disparporabud) Kabupaten Inhil, Junaidy Ismail menjelaskan, Makam Tuan Guru Sapat tentunya menjadi potensi yang besar bagi daerah bila digarap dengan baik.

“Masyarakat terus datang, ini menjadi potensi besar bagi daerah kita juga. Kalau di makam tuan guru ini kan setiap tahun juga ada haul dan itu ramai, jadi luar biasa potensinya itu,” katanya.

Menurutnya, masyarakat Inhil yang pulang dari perantauan juga menjadikan wisata ini sebagai tujuan utamanya saat pulang kampung.

Apalagi pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari wisatawan lokal saja, tapi wisatawan mancanegara juga kerap datang untuk berziarah ke Makan Tuan Guru Sapat yang memang memiliki murid dari berbagai negara ini.

“Karena memang yang datang ke sana itu kan bukan hanya orang sini, tapi orang dari mana-mana datang juga, seperti Malaysia, Singapora, Brunei dan terbanyak dari Kalimantan,” jelasnya.

Berkunjung makam Tuan Guru Sapat tidaklah begitu sulit, wisatawan cukup menggunakan perahu pancung (speed boat) dari Pelabuhan RSUD Puri Husada atau pelabuhan lain yang berada di pusat Kota Tembilahan.

Setelah perahu bersandar di Dermaga Hidayat Desa Teluk Dalam, perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalur darat sekitar dua kilometer menggunakan ojek untuk menuju Komplek Makam.

Lebih lanjut, Ustadz Ali Azhar selaku kerabat atau keturunan langsung dari Tuan Guru Sapat berharap makan tuan guru bisa mendapat perhatian lebih dari pemerintah, baik itu kabupaten maupun provinsi.

Pria yang akrab disapa Ustadz Ajay ini, menuturkan, keberadaan makan Tuan Guru Sapat merupakan sebuah keberuntungan bagi Kuindra dan menjadi sebuah makam wisata religi yang selama ini di promosikan oleh Pemerintah Kabupaten Inhil .

“Abdurrahman Shiddiq tokoh agama. Sejak zaman kerajaan Indragiri, saat itu Raja Sutan Mahmudsyah yang bermukim di kota Rengat, selalu membawa tamu dari luar negeri ke tempat tuan guru ini, artinya tuan guru tidak saja sebagai milik keluarga, tapi masyarakat,” ungkap Ustadz Ajay.

Menurutnya, rencananya tata ruang dan wilayah (RT/RW) komplek makam tuan guru akan digabungkan dalam program DED (perencanaan) Provinsi Riau , sehingga bisa menjemput bola APBN atau sharing dana provinsi dan kabupaten.

“Objek wisata religi ini perlu ditata. Karena beberapa hari lalu saya rapat dengan kepala Dinas Provinsi Riau, segala rencana master plannya telah kita sepakati bersama tahun 2022 selesai, berarti aktualisasi pembangunan ini di mulai pada tahun 2023,” ungkap generasi kedua Tuan Guru Sapat ini. 

Baca juga: Air Terjun Sumuran, Surga Tersembunyi di Ngablak Magelang Jawa Tengah

(TribunTravel.com)