TRIBUNTRAVEL.COM - Keberadaan Makam Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau selalu menjadi daya tarik masyarakat, baik itu di dalam daerah maupun luar daerah.
Makam ulama yang juga dikenal dengan nama Tuan Guru Sapat ini memang diakui memiliki daya tarik religius yang sangat kuat.
Baca juga: Itinerary 1 Hari ke Wonogiri: Bujet Rp 138 Ribu Sudah Termasuk Trip ke Jembatan Kaca
Baca juga: Mengunjungi Bandar Seni Raja Ali Haji, Tempat Kegiatan Seni & Budaya di Bukit Raya, Pekanbaru, Riau
Setiap tahun masyarakat terus memperingati haul tuan guru setiap tahun bertepatan dari hari wafatnya.
Hal ini sendiri merupakan bentuk penghormatan kepada Tuan Guru Sapat atas perannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang agama Islam.
Baca juga: Itinerary Surabaya 2 Hari 1 Malam dari Madiun: Solo Traveling Rp 777 Ribu, Kereta PP & Hotel
Baca juga: Berlibur ke Pantai Indah Selat Baru di Bantan, Bengkalis, Riau, Lihat View Barisan Bukit Malaysia
Selain itu setiap harinya makam Tuan Guru Sapat terus didatangi oleh jamaah atau wisatawan dari berbagai pelosok nusantara hingga negara tetangga, yaitu Malaysia Singapura dan Brunei Darussalam dan lainnya.
Bagi wisatawan yang ziarah ke makam Tuan Guru Sapat juga disuguhkan dengan cenderamata yang berkaitan dengan tuan guru sehingga ada kenang-kenangan yang bisa dibawa pulang.
Cenderamata ini dijual oleh masyarakat setempat di sekitar komplek Makam Tuan Guru Sapat yang notabene masih keturunan langsung Tuan Guru Sapat.
Selain di hari-hari biasa, wisata religi ziarah Tuan Guru Sapat kian meningkat tajam pada saat hari-hari libur dan hari besar seperti lebaran.
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar Inhil kelahiran Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun 1857 yang meninggal di Sapat, Kuindra, Kabupaten Inhil, Riau pada 10 Maret 1930.
Syekh Abdurrahman Siddiq adalah seorang ulama dari etnis Banjar keturunan ulama besar dari Kalsel bernama Syekh Arsyad Al-Banjari yang merupakan anak dari Muhammad Afif Bin Khadi H. Mahmud dan Shafura.
Ulama yang akrab dengan sebutan Tuan Guru Sapat ini sudah dikenal di mana-mana bahkan sampai di Mekah, karena ia juga menjadi pengajar di Masjidil Haram dan memiliki murid tersebar sampai ke Singapura, Malaysia, Jambi, Palembang, Kalimantan.
Tuan Guru Sapat sudah menetap di Sapat, Kecamatan Kuindra, Inhil sejak sekitar tahun 1890 an hingga wafat.
Tuan Guru Sapat juga merupakan Mufti kerajaan Indragiri atau ahli agamayang ditugaskan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam khususnya dalam hal perkawinan, mawaris pengadilan dan perceraian yang ditunjuk langsung oleh Sultan Indragiri.
Awalnya jabatan ini ditolak tuan guru sejak ditawarkan sultan, namun akhirnya diterimanya dengan syarat beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan.
Sebelum menetap di Sapat, tuan guru yang pernah memperdalam ilmu di Mekah selama 7 tahun ini, sempat merantau ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dan menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumbar.