“Setelah pandemi ini, banyak anak-anak yang pada di rumah. Ada yang bekerja dari rumah. Terus ada ide untuk bikin kegiatan membuat getek lagi,” sambungnya.
Para pemuda yang tergabung dalam Gerakan Muda Mudi Pucungan Candirejo atau Gempar pun segera membuat getek ini.
Tanpa modal sepeser pun dan bantuan bambu dari warga, mereka bergotong-royong membuat perahu rakit dari bambu ini.
Tak perlu waktu lama, getek bambu jadi dalam waktu dua hari.
Pembuatan getek dilakukan pada Juli 2020 lalu. Sedangkan wisata mulai beroperasi pada 18 Agustus 2020.
“Ini bikinnya sekitar habis lebaran bulan Juni-Juli 2020. Tapi mulai diresmikan pada 18 Agustus 2020,” tuturnya.
“Geteknya baru ada dua. Kapasitas yang besar sebanyak 15 orang, kapasitas getek yang kecil, tujuh orang penumpang. Panjangnya untuk getek ukuran besar 16 meter,” urainya.
Satu kali perjalanan menggunakan getek berdurasi 20-30 menit.
Satu rombongan terdiri dari enam orang, cukup membayar Rp30.000.
Tiga orang penyantang akan menemani para pengunjung selama menaiki getek.
Pelampung untuk keamanan juga selalu dikenakan.
“Rutenya dari sini ke atas sana, durasi sekitar 20-30 menit. Harganya Rp30.000 per enam orang. Dioperasikan 2-3 orang,” jelasnya.
Wisata getek bambu ini pun mulai ramai didatangi wisatawan sejak dibuka Agustus lalu.
Rata-rata tiap akhir pekan bisa menerima 8-10 rombongan.
Wisatawan paling banyak memang datang pada akhir pekan.