Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Curi Artefak di Pompeii Italia, Ancaman Penjara hingga Kutukan Siap Menanti

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pompeii menyimpan misteri, siapa pun yang mencuri artefak bisa terkena balasan tak terduga.

Pada tahun 2011, seorang turis asal Amerika mengaku hidupnya hancur setelah membawa pulang dua batu dari Pompeii. 

Ia terserang kanker stadium tiga dan rumah tangganya berantakan. 

Beberapa tahun kemudian, pada 2015, seorang turis asal Inggris mengembalikan pecahan artefak yang diambil orang tuanya, karena merasa keluarganya terus mengalami tragedi.

Kisah lain datang dari seorang wanita Kanada bernama Nicole. 

Pada 2020, ia mengembalikan artefak yang dicurinya pada 2005, berupa pecahan keramik, ubin mosaik, dan potongan amphora. 

Dalam suratnya, Nicole menulis bahwa sejak membawa benda itu, keluarganya selalu dilanda kesialan, mulai dari masalah keuangan hingga penyakit kanker.

Artefak Dikembalikan ke Museum

Karena banyaknya barang curian yang dikembalikan bersama surat penyesalan, pengelola Pompeii bahkan membuat museum khusus untuk menyimpan benda-benda tersebut. 

Di dalamnya, pengunjung bisa membaca surat-surat penuh rasa bersalah dari para pencuri yang akhirnya memilih mengembalikan barang curiannya.

Apakah kutukan itu nyata atau hanya sugesti?

Para ilmuwan menyebutnya sebagai kebetulan, namun masyarakat setempat percaya bahwa roh para korban letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M masih menjaga kota tersebut.

Pelajaran dari Kasus Pompeii

Kasus turis Skotlandia ini menjadi pengingat penting bahwa situs sejarah bukanlah tempat untuk mengambil suvenir. 

Artefak kuno adalah warisan dunia yang harus dijaga, bukan dibawa pulang. 

Selain menghadapi risiko hukum berat, ada pula keyakinan bahwa keserakahan akan membawa kutukan.

Bagi wisatawan, menghormati aturan di setiap situs bersejarah bukan hanya soal kepatuhan, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap peradaban yang sudah berusia ribuan tahun. 

Pompeii, dengan segala keindahan dan kisah tragisnya, pantas dijaga agar tetap utuh untuk generasi mendatang.

Ambar/TribunTravel