Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal UMKM

Langkah Kecil dari Girilayu, Intip Kisah Reni dan Misi Menjaga Napas Batik Leluhur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UMKM KARANGANYAR - Batik Tresno Dharma di Girilayu, Matesih, Karanganyar, saat dikunjungi berbagai kalangan, Jumat (11/7/2025).

Namun, untuk motif yang lebih kompleks, bisa memakan waktu hingga satu bulan.

"Kalau motifnya penuh itu satu bulanan. Soalnya proses pencelupan sampai dua kali," kata Reni.

Tantangan dan Strategi Pemasaran

Di tengah berkembangnya mode, tentu saja, ada tantangan tersendiri dalam menjalankan usaha batik yang sudah dikenalnya sejak belia.

Salah satu tantangan yang dihadapi Reni adalah preferensi pasar terhadap warna batik.

"Batik itu (yang biasa dicari) adalah warna Solo yang cokelat hitam, tapi warna itu di sini (di Batik Tresno Dharma) belum terlalu tren," tutur Reni.

Sehingga untuk mengatasi hal ini, Reni menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk relasi di luar Jawa, untuk memperluas jangkauan pasarnya. 

"Akhirnya kita kerja sama sama relasi yang mau nerima warna itu," tambahnya.

Baca juga: Budaya Bisa Jadi Gaya: Elyaza Hadirkan Tas Daur Ulang Kekinian untuk Wisatawan

Menjaga Warisan Budaya

Dalam upaya menjaga warisan budaya, Batik Tresno Dharma tidak hanya berfokus pada aspek komersial, tetapi juga pada pelestarian budaya. Reni berharap generasi muda dapat meneruskan tradisi membatik.

"Kalau tidak meneruskan, nanti akan berhenti. Jadi agar ada penerus untuk generasi selanjutnya," ungkapnya.

Ternyata, upaya ini sejalan dengan semangat masyarakat Girilayu yang terus berinovasi dalam motif dan teknik pewarnaan, seperti pengembangan motif durian dan manggis, serta motif khas seperti Monumen Tri Dharma seperti yang dipasarkan.

(Cynthiap/Tribunshopping.com)(TribunTravel.com/mym)

Artikel ini telah tayang di Tribunshopping.com dengan judul Batik Tresno Dharma, Pengusaha Muda yang Lestarikan Budaya Leluhur Turun-Temurun