Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Jadwal dan Rute Mubeng Beteng 1 Suro 2025 di Keraton Yogyakarta, Lengkap dengan Sejarah dan Makna

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lampah Budaya Mubeng Beteng Kraton Jogja Malam 1 Suro Tahun Wawu 1953.

TRIBUNTRAVEL.COM - Menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1447 Hijriah yang jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025, masyarakat Yogyakarta kembali menggelar tradisi tahunan yang sarat makna spiritual dan budaya, yaitu Lampah Budaya Mubeng Beteng.

Tradisi ini dilaksanakan setiap malam 1 Suro, atau malam tahun baru dalam penanggalan Jawa. 

Baca juga: Itinerary Seharian ke Jogja Naik KRL, Cara Asyik Liburan Sekolah Anti Boros

MUBENG BETENG YOGYAKARTA - Ratusan warga mengikuti ritual Topo Broto Mubeng Benteng di komplek Keraton Yogyakarta, Sabtu (25/10/2014) dini hari. Bagi anda yang ingin ikut berpartisipasi dalam kegiatan Mubeng Beteng pada tahun ini, berikut adalah Jadwal dan Rutenya untuk tahun ini. (Tribun Jogja/Santo Ari)

Baca juga: Itinerary 1 Day Trip Jogja Kids Friendly, Kunjungi Taman Pintar hingga Gembira Loka Zoo

Di tahun ini, Mubeng Beteng akan dilaksanakan pada Kamis malam, 26 Juni 2025, dan akan dimulai pukul 23.00 WIB.

Dikutip dari akun resmi Keraton Yogyakarta di @kratonjogja, Mubeng Beteng adalah bagian dari prosesi Hajad Dalem yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun selama lebih dari dua abad oleh keluarga Keraton.

Baca juga: Itinerary 1 Hari Jogja dari Solo: Traveling Akhir Pekan Rp 260 Ribuan Keliling Malioboro & Keraton

Baca juga: Libur Sekolah Main ke Jakarta, Tiket Pesawat Murah dari Jogja Mulai Rp 638 Ribu

Prosesi akan dimulai dari Bangsal Ponconiti, Kompleks Kamandungan Lor (Keben), dan diikuti oleh ribuan peserta, mulai dari abdi dalem hingga masyarakat umum.

Makna dan Filosofi Mubeng Beteng: Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Perjalanan Jiwa

Secara harfiah, "Mubeng Beteng" berarti mengelilingi benteng. 

Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki tanpa alas, mengitari Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta melawan arah jarum jam, dalam keheningan penuh atau yang disebut dengan tapa bisu.

Langkah-langkah hening ini melambangkan lampah prihatin, yaitu bentuk keprihatinan batin dan refleksi spiritual untuk menyucikan diri dan memohon perlindungan dalam menyambut tahun yang baru.

Berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi yang penuh pesta dan kembang api, 1 Suro dalam budaya Jawa dirayakan dengan kesunyian dan perenungan. 

Itulah sebabnya peserta dilarang berbicara selama prosesi berlangsung.

Sejarah Mubeng Beteng: Warisan Sejak Era Sultan Hamengkubuwono II

Tradisi Mubeng Beteng memiliki akar sejarah kuat, diperkirakan mulai dilaksanakan sejak era Sri Sultan Hamengkubuwono II yang memerintah pada akhir abad ke-18.

Awalnya, ritual ini hanya dilakukan oleh para abdi dalem atas perintah sultan, sebagai bentuk lampah ratri—perjalanan spiritual malam untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Tradisi ini juga terinspirasi dari Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, yang menjadi simbol perjuangan dan keprihatinan.

Halaman
12