Pada musim Lewa, masyarakat Lamalera tidak hanya menangkap paus, tetapi juga pari dan lumba-lumba.
Meski demikian, penangkapan ikan pada saat Lewa tidak dilakukan dalam skala besar, dan dagingnya hanya dikonsumsi sendiri atau dibarter dengan bahan pangan.
Sebelum berburu didahului dengan seremonial adat Tobo Nama Fata (ritus penyelesaian masalah suku dan tuan tanah sebelum berburu paus), ritus Ie Gerek di batu paus oleh tuan tanah Suku Langowujo yang dilakukan pada tanggal 29 April setiap tahun.
Dan pada tanggal 01 Mei setiap tahun dilanjutkan dengan Misa Leva dengan tradisi agama katolik untuk memohon restu kepada Tuhan atas musim Leva yang akan terjadi mulai Tanggal 02 Mei s/d 30 September setiap tahun.
Baca juga: 7 Tempat Wisata di Nias, Ada Kampung Adat Tempat Pelaksanaan Tradisi Melompati Batu Besar
Tak semua paus bisa diburu. Paus biru atau yang bernama latin Balaenoptera Musculus misalnya.
Paus jenis ini tidak boleh diburu, selain demi menjaga kelestarian mamalia laut yang langka, cerita legenda Lamalera menghormati paus biru sebagai hewan yang pernah menyelamatkan Lembata.
Lamalera memiliki pasar barter yang dibuka seminggu sekali.
Di pasar ini, warga desa Lamalera bisa menukar gading ikan yang dimilikinya dengan bahan pangan lain.
Sepotong daging ikan paus misalnya, bisa ditukar dengan 15 tongkol jagung atau setandan pisang.
Menurut Peneliti dari Australia Ambrosius Oleona dan Pieter Tedu Bataona, orang Lamlera yang terdiri dari kelompok-kelompok komunitas kekerabatan suku dan marga, bukan dari penduduk asli Pulau Lembata.
Baca juga: Desa Sade dan 4 Kampung Adat di Lombok yang Menarik Dikunjungi saat Liburan Akhir Pekan
Asal-usul orang lembata dapat dilacak dari benda peninggalan sejarah dan dan syair (folkolore) yang diwariskan secara turun temurun ke generasi berikutnya hingga kini.
Dalam syair yang di sebut Lia asa usu (syair asal-usul), yang di nyanyikan pada acara adat kebesaran.
Syair ini mengisahkan perjalanan nenek moyang suku-suku induk di Lamalera mulai dari tanah Luwuk hingga mencapai selatan Pulau Lembata dan kemudian menetap.
Sebelum mereka mencapai Pulau Lembata terlebih dahulu mereka mngikuti perjalanan armada Patih Gajah Mada menuju perairan Halmahera, dan sampai Irian Barat, kemudian mereka memutar haluan ke arah selatan menyinggapi Pulau Seram, Pulau Grom, lalu ke Ambon, ke kepulauan Timor dan akhirnya mendarat di Pulau Lembata.
Berdasarkan peninggalan itu dapat pula dilacak bahwa orang Lamalera berasal dari Luwuk Sulawesi Selatan.