"Di dalam itu ada angkringan seperti pada umumnya. Jadi, kita membuat beberapa segmen. Ada angkringan untuk pemberdayaan masyarakat Mangunan, ada segmen resto dan cafe, tapi gradenya agak lebih naik," papar dia.
Untuk kuliner di lokasi itu dinilai cukup ramah di kantong.
Di mana, masyarakat cukup membawa uang kurang dari Rp 50 ribu dan bisa menikmati ragam Kuliner Jogja yang ada di angkringan maupun ragam sajian di cafe dan restoran.
Baca juga: Itinerary Wisata Kuliner Kota Malang 3 Hari 2 Malam, Cocok Buat Kamu yang Hobi Jajan
"Pengunjung kalau ke situ, bawa uang Rp 30 ribu bisa dapat regam variasi jajanan angkringan dan itu sudah kenyang. Tapi, kalau di resto ya paling tidak bawa Rp 50 ribu," ucap Aris.
Lokasi itu pun buka setiap Senin-Jumat mulai pukul 16.00-22.00 WIB dan setiap Sabtu-Minggu mulai pukul 15.30-23.00 WIB.
Terkait omzet, dinilai cukup fantastis.
Pihaknya mencatat, dalam kurun waktu sebulan pernah mencapai omzet senilai Rp 72 juta.
Namun, pernah juga nominal omzet itu turun dikarenakan cuaca hujan.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits untuk Berburu Sunrise Sembari Wisata Kuliner, Termasuk Punthuk Setumbu
"Kan namanya bisnis ada naik turunnya. Tapi alhamdulillahnya, kulinernya besok untuk buka puasa sudah mulai ada yang telepon tanya soal menu. Karena kami punya menu andalan masakan rumahan," papar dia.
Meski demikian, Aris menyampaikan bahwa omzet tersebut terdiri atas pendapatan bruto atau kotor, sehingga masih akan dipotong dengan pendapatan asli daerah (PAD) sejumlah 30 persen.
"Selain untuk PAD, saat kita mendapat Rp72 juta itu yang kami kembalikan ke masyarakat setelah itu untuk operasional, gaji karyawan, dan sebagainya. Apalagi di situ kan ada 20 masyarakat lokal yang terlibat untuk menyediakan masakan," urainya.
Awal Mula Angkringan Sultan
Aris turut menyampaikan kehadiran Angkringan Sultan berawal dari adanya konsep pengembangan wisata dan pemberdayaan masyarakat melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (Bamuskal) dengan anggaran dari Dana Keistimewaan (Danais).
Konsep itu disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Makanya, lokasi itu dibuat dengan anggaran berjenjang, dari tahun 2022, 2023, dan 2024. Lalu, memulai dibangun pada 2022. Terus final pembangunannya pada tahun 2024. Walau begitu, kami tetap berbenah bagaimana menjadi yang terbaik," katanya.
Baca tanpa iklan