Disarankan untuk pergi rombongan agar menghemat biaya.
Namun, ada alternatif lain. Pengunjung dapat melintasi Jembatan Barito, apabila dari arah Banjarmasin menuju Kapuas, kemudian mengambil jalur kanan dan dilanjutkan menuju bawah jembatan.
Di sini juga ada lokasi penyebrangan menggunakan kelotok besar untuk menuju pintu masuk TWA Pulau Bakut dengan biaya kini Rp 20.000 per orang untuk pulang-pergi dan tersedia parkir mobil ataupun sepeda motor.
“Kini harga penyebrangan Rp 20.000 per orang, itu biaya sudah pulang-pergi bagi wisatawan. Kami melayani setiap hari,” kata Samsul, salah satu Juragan atau juru mudi Kelotok ini.
Setelah sampai di depan pintu masuk Pulau Bakut, pengunjung menuju tempat penjagaan untuk membeli tiket/karcis masuk.
Pulau Bakut menjadi tujuan edukasi bagi keluarga dan penelitian.
Pulau Bakut yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokjarwis) ini, memiliki aneka ragam Flora dan Fauna.
Baca juga: Pantai Kedonganan, Wisata Favorit di Selatan Bali yang Tawarkan Lanskap Pasir Putih
Dari ekosistem Mangrove, pohon bakau, api-api, ketapang kencana, bintaro dan pohon lainnya. Fauna, seperti satwa Bekantan dan burung.
Tidak jarang, wisatawan yang berkunjung ingin melihat secara langsung dan menikmati suasana alam yang berada di bawah Jembatan Barito ini.
Seperti, keluarga Rido dan Faza ini. Warga Banjarbaru ini sengaja datang ke TWA Pulau Bakut untuk melihat pemandangan alam dan Bekantan.
Faza mengaku melihat dari sebuah video yang viral tentang Bekantan, kebetulan akuinya, belum pernah melihat secara langsung.
“Ini kebetulan lagi liburan bersama keluarga, ber tiga, kebetulan juga weekend. Kamk baru pertama kali berkunjung. Pengennya mengedukasi sapat pengalaman baru,” kata keluarga Faza dan Rido.
Kalau tadi tujuan sebagai liburan. Beda lagi dengan pemuda-pemuda dari Mahasiswa Banjarmasin ini.
Pulau Bakut yang sering dijadikan lokasi penelitian ini, menjadi salah satu lokasi tujuannya.
Mereka, ialah Tyo, Wili, dan Nazwan dari Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Kunjungan dilakukan ketiganya untuk menyelesaikan salah satu tugas akhir, tentang pengantar lingkungan lahan basah.
Baca juga: Melihat Daya Tarik Desa Wisata Tiworiwu di Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada, NTT
Baca tanpa iklan