Beberapa sudah jadi. Tribun duduk di sana.
Rasanya jiwa sudah ada di batu dan hati berenang di lautan.
Tribun lantas beranjak ke bagian tengah.
Di sana terdapat banyak cafe yang menyajikan makanan khas Sulut.
Ada tinutian, mie ceplok, ayam goreng, pisang goreng, ikan bakar dan aneka jus.
Kursi dan meja tergelar di pasir putih.
Tribun memesan pisang goreng, menyantapnya dengan menghadap lautan dan beratapkan langit.
"Nikmat Tuhan manakah lagi yang kau dustakan."
Baca juga: Paletupan Mahwatu, Wisata Alam di Tomohon, Sulawesi Utara yang Penuh Keseruan
Setelah kenyang, tribun beranjak ke arah timur, melewati taman, tempat ramah anak, tempat olahraga dan tiba di sebuah lokasi berpasir putih.
Banyak warga mandi di sana.
Ada pula yang hanya duduk dan tergoda dengan empuknya pasir hingga mereka kerap tergoda untuk menulis di atasnya, kebanyakan ungkapan cinta pada seseorang.
Di pantai sampingnya, tampak perahu nelayan tengah menurunkan jala.
Malam tiba. Kehebohan pindah ke timur.
Di sana ada beberapa rumah kopi.
Kaum milenial dan Gen Z menjejalinya dan mereka tampak fun. Bunyi musik bersaing dengan debur ombak.