Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Keunikan Desa Adat Ende di Pujut, Lombok Tengah, NTB, Lantai Rumah Pakai Kotoran Sapi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di Desa Adat Ende, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB.

Desa Adat Ende merawat tradisi kesenian tradisional Peresean.

Peresean dimainkan dua orang pemuda saling beradu ketangkasan dengan senjata tongkat rotan dan perisai.

Rotan inilah yang digunakan untuk menyerang lawan main sedangkan perisai digunakan untuk menghindari serangan lawan.

Seorang warga Desa Adat Ende di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah melumuri lantai rumah dengan kotoran sapi, Rabu (11/1/2023). Rumah Adat Desa Ende dinamakan Bale Tani dengan makna bale berarti rumah serta tani berarti petani. (TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO)

"Aturan main dari Peresean ini sebenarnya juga cukup sederhana dimana petarung yang berhasil melukai lawannya terutama jika bocor maka kalah atau dianggap KO," terang Tantowi Surahman.

Setiap petarung atau dalam masyarakat Suku Sasak Lombok menyebutnya sebagai pepadu itu tidak boleh menyerang bagian perut ke bawah.

Setiap pertandingan terdiri atas tiga ronde dan terdapat seorang wasit yang bertugas mengatur jalannya permainan.

Kesenian Peresean inilah yang kemudian ditampilkan pengelola saat pengunjung datang melihat desa wisata ini.

Baca juga: Liburan ke Gunung Tumpa di Manado, Sulawesi Utara, Tempat Terbaik untuk Menikmati Senja

Rute dan Cara Menuju Desa Adat Ende

Jarak Desa Adat Ende dari Bandara Internasional Lombok (BIL) adalah sekitar 9,1 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Dari BIL pengunjung dapat mengambil jalan raya Tanak Awu atau jalur BY Pass BIL Mandalika.

Usai menyusuri jalan ini pengunjung dapat mengambil jalan Kuta Lombok.

Pengunjung yang datang dapat menggunakan jasa transportasi yang dapat pengunjung temukan dipintu keluar bandara.

Desa Adat Ende saat diresmikan pada tahun 1999 tidak menjual tiket untuk masuk.

Masyarakat biasanya mendapatkan pendapatan dari menjual kerajinan yang dijual disepanjang emperan rumah penduduk.

Baca juga: Monumen Mac Arthur di Sentani, Jayapura, Papua, Jadi Saksi Bisu Perang Dunia II

Mulai dari kain tenun, gelang khas Lombok, sarung Lombok, Kaos Lombok dan lain-lain.

Halaman
123