Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Museum Le Mayeur di Sanur Kaja, Denpasar, Bali, Surga Bagi Para Pencinta Wisata Seni dan Budaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Museum Le Mayeur, Kawasan Pantai Sanur, Denpasar, Bali.

Museum ini adalah destinasi yang sempurna tidak hanya bagi pecinta seni, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin mendalami sejarah dan budaya Bali.

Pengunjung umum, pelajar, atau siapa pun yang tertarik pada sejarah seni dan budaya akan menemukan banyak hal menarik di sini.

Museum ini menyajikan pengalaman yang tidak hanya visual tetapi juga emosional, membawa pengunjung merasakan kehidupan dan cinta yang terjalin antara Le Mayeur dan Pollok.

Lukisan La Mayeur, di Museum Le Mayeur, Kawasan Pantai Sanur, Denpasar, Bali. (Tribun Bali/Cisilia Agustina Siahaan)

I Made Darma, seorang pria berusia 52 tahun yang bertugas sebagai pengelola retribusi daerah untuk Museum Le Mayeur, berbagi cerita tentang sejarah singkat berdirinya museum ini.

“Asal muasal berdirinya Museum Le Mayeur ini dimulai dengan kedatangan Tuan Le Mayeur ke Bali, melalui Singaraja pada tahun 1932."

Baca juga: Dairyland On The Valley di Bergas, Semarang, Jateng Cocok untuk Liburan Keluarga, Cek Paket Hematnya

"Kemudian ia melanjutkan perjalanannya ke Denpasar, tepatnya di Klandis, di sinilah ia bertemu dengan seorang penari legong kraton bernama Ni Nyoman Pollok."

"Awalnya, Le Mayeur sangat terpesona dengan tarian Ni Nyoman Pollok, akhirnya ia menawari Ni Nyoman Pollok untuk menjadi model lukisannya, dan disepakati oleh Ni Nyoman Pollok."

"Dengan visa yang hanya bertahan 8 bulan, Le Mayeur terus melukis Ni Nyoman Pollok dan akhirnya memperjualbelikan lukisan-lukisan tersebut di Singapura pada saat konferensi Inggris."

"Ternyata, lukisan beliau banyak laku terjual, nah dari hasil menjual lukisan inilah Le Mayeur kemudian membeli sebidang tanah di Pantai Sanur pada tahun 1932.”

Le Mayeur kemudian melanjutkan karyanya bersama Ni Nyoman Pollok, dan hasil dari penjualan lukisan-lukisan mereka digunakan untuk membangun rumah yang kini menjadi Museum Le Mayeur.

Pada tahun 1935, setelah cukup lama bersama, Le Mayeur menikahi Ni Nyoman Pollok, dan keduanya hidup dengan tentram di rumah tersebut, sambil terus melanjutkan karya seni yang kini abadi di museum ini.

Pada tahun 1957, Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, berkunjung ke rumah Le Mayeur dan saat itulah Le Mayeur mengusulkan agar rumahnya kelak dijadikan museum.

Usulan ini disetujui, dan akta notaris yang mengesahkan rumah tersebut sebagai museum pun dikeluarkan.

Sayangnya, pada tahun 1958, Le Mayeur jatuh sakit dan harus kembali ke Belgia untuk berobat, ditemani oleh Ni Nyoman Pollok.

Tak lama setelah itu, Le Mayeur meninggal dunia pada usia 78 tahun.

Halaman
123