TRIBUNTRAVEL.COM - Bagi para pencinta seni lukis, Museum Lukisan Sidik Jari wajib dikunjungi.
Museum ini menawarkan pengalaman berbeda dari galeri seni pada umumnya, karena setiap lukisan yang dipamerkan di sini dibuat dengan teknik unik yang tidak menggunakan kuas, melainkan hanya jari telunjuk pelukis.
Teknik ini dikenal sebagai "pointilisme," di mana pelukis membuat totol-totol warna dari kuas, namun yang membedakan karya lukis di museum ini adalah penggunaan jari sang pelukis secara telaten menotolkan cat warna ke atas kanvas, menciptakan pola dan gambar yang begitu detail dan penuh karakter.
Museum Lukisan Sidik Jari tidak hanya menampilkan koleksi karya seni yang mengagumkan, tetapi juga memiliki nilai historis yang tinggi.
Baca juga: Daftar Tiket Pesawat Bali-Jakarta Mulai Rp 1 Jutaan, Cek Rutenya di Sini
Didirikan oleh I Gusti Ngurah Gede Pemecutan, seorang seniman yang lahir pada 4 Juli 1935, kini beliau berusia 89 tahun, museum ini resmi dibuka pada tanggal 4 Juli 1994, meskipun pembangunannya telah dimulai sejak tahun 1993.
Karya-karya yang terpajang di Museum Lukisan Sidik Jari merupakan hasil perjalanan seni panjang yang dimulai sejak I Gusti Ngurah masih bersekolah dasar pada tahun 1945.
LIHAT JUGA:
Kisah awal perjalanan seninya cukup menarik.
Sebagai anak muda, I Gusti Ngurah Gede Pemecutan sering melihat para pelukis berkumpul di dekat rumahnya.
Baca juga: Bali Mesari Farm, Agrowisata yang Tawarkan Sensasi Petik Anggur di Denpasar Timur, Denpasar, Bali
Ia memperhatikan bagaimana para seniman ini melukis dan saling mengkritisi karya masing-masing, dan dari sanalah benih ketertarikannya terhadap seni mulai tumbuh.
Salah satu nasihat yang paling berkesan baginya berasal dari percakapan para seniman tersebut, “Kalau ingin menjadi pelukis, tidak boleh saling tiru atau saling copy, harus memiliki jati diri dan corak sendiri.”
Nasihat ini menjadi prinsip hidup dan seni bagi I Gusti Ngurah Gede Pemecutan.
Ia terus berusaha mencari identitas diri dalam seni lukis hingga akhirnya menemukan teknik melukis sidik jari yang menjadi ciri khasnya.
Meski telah memulai karier sebagai pelukis sejak muda, teknik lukisan sidik jari baru ditemukan secara tidak sengaja.
Pada suatu hari di Kuta, ketika ia sudah membuka studio lukis pertamanya, ada seorang tamu yang ingin melukis bersamanya.