Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Sejarah Taman Balekambang di Manahan, Banjarsari, Solo, Jateng, Konon Cikal Bakal Kerajaan Mataram

Penulis: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bangunan baru gedung pertunjukan di Taman Balekambang Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (25/7/2024). Konon, Taman Balekambang menjadi tempat bermukim Ki Ageng Pemanahan sebelum membuka Alas Mentaok sebagai cikal bakal Kerajaan Mataram.

TRIBUNTRAVEL.COM - Taman Balekambang merupakan salah satu tempat wisata yang cukup populer di Solo.

Seperti namanya, Taman Balekambang menawarkan wisata taman yang sejuk dan rindang di tengah Kota Solo.

Suasana Taman Balekambang di Solo, Jawa Tengah, setelah peresmian, Kamis (25/7/2024). Konon, Taman Balekambang menjadi tempat bermukim Ki Ageng Pemanahan sebelum membuka Alas Mentaok sebagai cikal bakal Kerajaan Mataram. (TribunSolo.com / Ahmad Syarifudin)

Sejarah mencatat Taman Balekambang mulai dibangun pada masa KGPAA Mangkunegara VII pada 26 Oktober 1921.

Namun, banyak orang mempercayai taman ini diberkahi karena jauh sebelumnya menjadi tempat bermukim Ki Ageng Pemanahan sebelum membuka Alas Mentaok sebagai cikal bakal Kerajaan Mataram.

Salah satunya Canggah Dalem Pakubuwono X, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) L. Nuky Mahendranata Nagoro.

Baca juga: Harga Tiket dan Tips Berkunjung ke Taman Balekambang, Manahan, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah

Ia pun tidak heran jika KGPAA Mangkunegara VII memilih tempat ini untuk membangun taman bagi kedua putrinya.

"Dulu tempat bersejarah yang dipakai Ki Ageng Pemanahan leluhur Mataram. Mangkunegara menggunakan tempat ini untuk kedua putrinya dan kemudian dinikmati masyarakat," ungkapnya.

"Era 1940 di era Pajang sudah menjadi komunitas masyarakat. Sebuah desa yang menjadi cikal bakal Mataram di Kota Gede,” imbuh dia.

LIHAT JUGA:

Tak heran pula jika di sekitar taman, tepatnya di Pasar Depok ada sebuah titik yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai petilasan Ki Ageng Pemanahan.

Konon tempat itu digunakan tokoh besar ini untuk bertapa.

Lalu Pemerintah Kota Solo pun tiap tahun mengadakan Grebeg Syawal sebelum tempat ini direvitalisasi. 

Salah satu rangkaian acaranya yakni Syawalan Ing Balekambang yang menampilkan kisah Babad Alas Mentaok.

Konon setelah berhasil membuka Alas Mentaok berangsur-angsur penduduk di tempat ini berpindah ke Kota Gede lalu meninggalkan tempat ini tak berpenghuni.

Baru pada era KGPAA Mangkunegara VII tempat ini dibuka kembali sebagai taman untuk kedua putrinya.

Baca juga: 5 Hotel Murah Dekat Stasiun Solo Balapan Jawa Tengah, Tarif Inap di Bawah Rp 150 Ribu

Halaman
123