TRIBUNTRAVEL.COM - Masjid Baiturrahim yang terletak di kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh, Aceh menjadi salah satu saksi bisu dari bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Bencana itu merenggut ratusan ribu nyawa dan memporak-porandakan sebagian besar wilayah pesisir Aceh.
Namun, di tengah kehancuran tersebut, Masjid Baiturrahim masih bisa berdiri kokoh.
Keajaiban ini menjadikan masjid ini sebagai simbol kekuatan iman dan harapan bagi masyarakat Aceh.
Baca juga: Kulineran di Aceh, Cobain Roti Selai Samahani yang Legendaris, Bisa Bawa Pulang Buat Oleh-oleh
Masjid Baiturrahim dibangun pada abad ke-17, saat kesultanan Aceh masih berdiri sebagai kerajaan yang kuat dan berdaulat.
Pada awalnya masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Jami’ Ulee Lheue.
LIHAT JUGA:
Namun pada saat tragedi pembakaran Masjid Baiturrahman oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, diperkirakan mulai saat itulah “Baiturrahim” menjadi nama masjid ini.
Masjid yang awalnya terbuat dari kayu ini kemudian direnovasi dan dibangun kembali dengan bahan-bahan yang lebih kokoh pada tahun 1922.
Baca juga: Mengenang Tragedi Tsunami Aceh, Coba Kunjungi Kapal Nyangkut di Atas Rumah yang Jadi Jejak Sejarah
Proses renovasi selesai pada tahun 1923 dengan arsitektur baru yang sangat dipengaruhi oleh gaya Eropa.
Saat itu, masjid ini belum memiliki kubah dan hanya mampu menampung sekitar 500 jamaah.
Pada tahun 1981, masjid ini kembali dilakukan renovasi atas bantuan pemerintah Arab Saudi.
Renovasi ini dilakukan untuk memperluas kawasan masjid, sehingga masjid dapat menampung sekitar 1.500 jamaah.
Tsunami yang dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 9,3 SR di Samudera Hindia menghantam pesisir Aceh dengan gelombang setinggi 30 meter.
Gelombang besar itu menghancurkan hampir seluruh bangunan di kawasan Ulee Lheue, termasuk rumah-rumah dan fasilitas umum.