Akses jalan semakin sulit bila turis ingin mencapai Belaraghi Lama.
Kompleks pemukiman warga Belarghi juga terbilang unik.
Mereka membangun rumah dengan pola saling berhadapan dan berderet sejajar di kiri dan kanan jalan, membentang dari arah timur laut ke barat daya.
Di tengah-tengah pemukiman merupakan ruang publik untuk melaksanakan kegiatan adat.
Desa adat Belaraghi dihuni oleh tiga suku adat yakni Suku Belah, Suku Bawa, dan Suku Fu’i.
Masing-masing rumah adat memiliki nama-nama yang berbeda, diantaranya adalah Kaka, Sapu, Sa‘olobo, Ka'kafu’u, Ka’kalobo, dan Sa’odoro.
Baca juga: Cerita Mistis Air Terjun di Flores NTT, Jadi Tempat Mandi Bidadari hingga Lumut Mengeras
Tradisi
Warga Belaraghi memiliki tradisi yang terbilang sangat ramah.
Bila ada turis yang datang, warga akan secara sukarela menyajikan makanan berupa ubi, pisang, dan talas.
Warga juga menyajikan minuman, mulai dari kopi hingga arak tradisional kepada turis yang datang.
Bagi warga Belaraghi, turis adalah tamu yang wajib dihormati.
Setiap tamu atau turis yang datang akan dijamu di rumah sao satu, rumah khusus dimana warga akan memperkenalkan tamu dan turis yang datang kepada nenek moyang mereka.
Selain menyajikan makanan untuk turis, warga Belaraghi juga memiliki upacara menyajikan makanan untuk nenek moyang, yang disebut dengan ritual Ti'i Ka Ebunusi.
Ritual ini dimaksudkan selain sebagai sesembahan untuk leluhur, juga sekaligus meminta berkah sebelum berburu.
Baca juga: Plesiran ke Desa Hadakewa di Lembata NTT, Wajib Coba Wisata Banana Boat hingga Snorkeling
Tonton juga:
Baca tanpa iklan