Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kampung Wisata Anggrek

Kampung Wisata Anggrek di Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur Raup Omzet Miliarna, Intip Daya Tariknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tanaman anggrek di Kampung Wisata Anggrek, Dadaprejo, Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur.

Ia merupakan pria berusia 43 tahun yang bertempat tinggal di Jalan Martorejo RT 03 RW 03 Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu.

Dedek sapaan akrabnya sukses menyilangkan berbagai jenis tanaman anggrek yang memiliki kualitas unggul dengan harga yang bervariasi. 

Menurutnya dalam melakukan penyilangan spesies anggrek memiliki kesulitan tersendiri dan tidak dapat asal silang. 

Bahkan huga harus dipertimbangan jam menyilangkannya, baik pagi, siang, sore ataupun malam untuk melahirkan jenis anggrek yang indah.

Ada anggrek Warscewicz's Cattleya, Vandachostylis Pinky, Dendrobium Whisnu silangan dari Dendrobium Vian dengan Dendrobium Black Mamba, Vanda Lombokensis, Cattleya Brabantiae hingga Myrmecocattleya Emma Solossa.

Ilustrasi tumbuhan di Wisata Kampung Anggrek Batu. (surya.co.id/farid mukarrom)

Ada pula tanaman anggrek hasil silangan Dedek yang diberikan khusus untuk Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai dan diberi nama 'Dendrobium Aries Agung Paewai' sebagai varietas silangan dari indukan Dendrobium Damarwulan dan Dendrobium Oryen.

Dari ribuan jenis anggrek, ada anggrek paling eksotis karena harganya yang mencapai Rp 200 juta. 

Anggrek jenis Discolor Tanimbar milik Dedek ini memiliki harga selangit karena ukurannya yang besar dan jarang orang dapat merawat anggrek jenis tersebut hingga memiliki ukuran yang dimiliki Dedek.

Dengan kebun seluas setengah hektar lebih, Dedek yang sebelumnya pernah menjadi kuli bangunan, kini memiliki sebanyak 50 karyawan yang diambil dari warga sekitar Kelurahan Dadaprejo. 

Selain memperkerjakan warga sekitar, untuk mengurangi angka pengangguran di desanya, Dedek juga mengajak ratusan warga Dadaprejo untuk menjadi petani anggrek, dan terhimpun dalam kelompok tani bernama Kelompok Tani Sanderiana Kota Batu.

Sebelum berhasil menjadi petani anggrek yang sukses dengan omzet miliaran seperti saat ini, ia telah bergulat dengan kesulitan dan banyak penolakan dalam membangun usaha budidaya anggreknya ini. 

Ia sempat mendaftar kerja setelah lulus kuliah tahun 2005 silam, namun selalu ditolak. Ia pernah mencoba peruntungan bekerja ditempat catering, usaha ternak sapi perah dan menjadi kuli, namun tak ada yang berhasil.

 Hingga akhirnya ia menekuni hobinya di bidang tanaman anggrek.

Bagi Dedek tanaman anggrek selain indah karena bunganya yang eksotis juga secara harga cenderung stabil sejak dulu hingga saat ini.

"Awalnya cari kerja sana sini tidak dapat, akhirnya menekuni hobi tanaman hias anggrek ini. Modal awal Rp 25 ribu. Sekarang alhamdulilah omzet pernah mencapai Rp 2 miliar dalam sebulan bersama kelompok tani. Itu omzet saya paling tinggi, saat Pandemi Covid-19. Kalau saat ini sekitar Rp 300-400 juta per bulan. Kami juga ikut pameran dan ekspor ke luar negeri," kata Dedek Setia Santoso.

Halaman
1234