Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Gedung Candra Raya

Sejarah Unik di Balik Gedung Candra Raya, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, Jakarta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gedung Candra Naya di kawasan Tamansari, Jakarta Barat.

Pewarnaannya pun masih otentik dengan cat berwarna emas dan cokelat kehitaman. 

Di area tengah gedung Candra Naya itu, terpajang sejumlah lukisan tokoh-tokoh China yang terkait dengan rumah ini, salah satunya Khouw Kin An. 

Selain itu, ada pula beberapa catatan sejarahnya, detail arsitektur bangunan China lain di wilayah Glodok, hingga tulisan aksara China yang ditukis menggunakan tinta di sebuah kertas putih.

Beberapa pohon mehwa dan sakura juga terpajang di setiap pintu Gedung Candra Naya yang terhubung dengan area lainnya.

Selain itu, apabila menilik lebih dalam ke area belakang gedung Candra Naya, terdapat taman yang dialiri oleh kolam.

Kolam tersebut nampak cantik dengan sejumlah tanaman hias, bunga, serta air mancur yang keluar dari patung berornamen China.

Baca juga: 5 Promo Ancol Jakarta Spesial September 2024, Harga Hemat Khusus Pengguna Transjakarta

Ikan-ikan berwarna emas pun nampak berenang ke sana ke mari di dalam kolam tersebut.

Sementara di dekat kolam itu, terdapat sebuah area bak aula yang banyak dihiasi lampion berwarna merah.

Sementara tangga-tangganya, diberi bunga Hydrangea berwarna merah muda dan ungu yang cantik nan estetik.

Sementara tak jauh dari area tersebut, ada satu tempat yang dipergunakan untuk vihara, tempat ibadah.

Pengunjung yang datang kebanyakan melihat-lihat ornamen China. Namun ada pula yang sengaja datang untuk sekadar mengobrol dan 'Ngopi' santai di area taman Gedung Candra Naya.

Pasalnya, area sekitar taman itu menyediakan sejumlah tempat duduk dan meja untuk pengunjung yang datang.

Sementara itu, menengok dari keterangan yang tercantum dalam ukiran sejarah di tempat tersebut, dijelaskan bahwa Khouw Kin An lahir pafa 5 Juni 1879 di Batavia.

Pada tahun 1905, pemerintah kolonial Belanda mengangkatnya dengan pangkat Letnan, setelah akhirnya pada 1908 ia mendapat gelar kapten.

"Tahun 1910 ia pun dipromosikan lagi dengan pangkat Mayor. Marena pangkatnya inilah para penduduk setempat menyebut rumah kediamanya di daerah Gajah Mada nomor 188 sebagai Rumah Mayor," tulis keterangan dalam Gedung Candra Naya, Minggu.

Halaman
1234