Kini, berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman seakan-akan serasa sedang di Masjid Nabawi Madinah, karena ada kemiripan tampilannya.
Baca juga: Pesona Curug Cibareubeuy, Tempat Wisata di Ciater, Subang, Jawa Barat yang Ngangenin
Pada bagian halaman atau plaza masjid, berdiri kokoh payung-payung yang siap melindungi jamaah dari sinar matahari.
Manisan Pala khas Aceh/oleh-oleh khas Aceh.
Sementara kolam yang sudah menjadi ciri khas masjid tetap dipertahankan di bagian tengah plaza, antara masjid dan menara.
Sejak renovasi besar-besaran beberapa tahun lalu, masjid raya sudah memiliki fasilitas yang lengkap, mulai tempat parkir bawah tanah dengan kapasitas ribuan mobil dan sepeda motor.
Tempat wudhu juga berada di basement, yang terkoneksi langsung dengan area parkir, guna memudahkan para pengunjung.
Masjid ini bukan hanya tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga merupakan simbol keagungan, ketahanan, dan sejarah panjang Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Nusantara.
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1612, dengan mengusung arsitektur Mughal.
Artinya masjid ini telah berusia 412 tahun.
Masjid Raya Baiturrahman sempat melewati berbagai babak sejarah yang mewarnai peradaban Aceh, mulai perang melawan Belanda dan Jepang, konflik Aceh hingga bencana tsunami.
Di tengah berkecamuk perang, Masjid Raya sempat dibakar oleh serdadu Belanda, meskipun kemudian dibangun kembali.
Kini, Masjid Raya Baiturrahman menjadi destinasi yang paling banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun dari luar negeri.
Pihak pengelola juga tidak membatasi kunjungan hanya untuk Muslim.
Tapi wisatawan non-Muslim juga bisa masuk hingga ke bagian plaza masjid hanya untuk sekedar melihat keindahan dan berfoto.
Bahkan, mereka menyediakan jubah akan menutupi aurat.
Baca tanpa iklan