Yakni pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan.
“Saya sangat bersyukur bisa menyempatkan waktu untuk melihat langsung Ekowisata Air Terjun Sungai Sebakut.
Air terjun yang memang dikelola dengan baik oleh masyarakat Desa Antutan dan ini menjadi air terjun kebanggan warga Antutan,” kata Syarwani beberapa waktu lalu.
Kawasan ekowisata ini terintegrasi dengan 46 hektare kawasan perkebunan cokelat yang juga telah diusahakan masyarakat Antutan sejak tahun 2019.
Sampai hari ini kawasan tersebut telah tertanam sedikitnya 40 ribu tanaman cokelat.
Saat Tribun mengunjungi objek wisata ini, memang tampak sepi.
Entah karena bukan hari libur, atau memang biasanya juga sepi.
Tak tampak bekas-bekas orang berkunjung.
Tempat persinggahan yang konon bisa menjadi tempat menginap, tertutup rapat, berkunci.
Tidak terlihat juga penjaga, atau pengelola kawasan.
Bahkan tempat untuk menanyakan lokasi itu pun sulit ditemui.
Pemerintah daerah memang telah membuat papan petunjuk di sepanjang jalan masuk.
Tepatnya di sepanjang jalan perkebunan kelapa sawit.
Semestinya selain memperbaiki akses, keamanan lokasi, dengan menempatkan penjaga, juga perlu promosi yang lebih digencarkan lagi.
Sayang, potensi wisata yang luar biasa ini, sia-sia tak banyak yang mengunjungi.