Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ata Aksana Raya

Belanja Tas Rotan Oleh-oleh Khas Bali di Ata Aksana Raya, Harga Mulai Rp 200 Ribu

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ata Aksana Raya, tempat belanja tas rotan di Karangasem, Bali yang cocok untuk oleh-oleh.

"Awalnya nama usaha saya Ata Rotan Seraya Bali, tapi karena sudah banyak yang memakai nama tersebut di Bali, akhirnya saya memutuskan untuk menggantinya menjadi Ata Aksana Raya setelah mengikuti pelatihan UMKM," ungkap Pak Komang Tirta dengan penuh kebanggaan.

Sejak mendapatkan tempat di Taman Ujung, usahanya mulai lebih dikenali, meski baru berjalan selama tiga bulan. 

Baca juga: Donat Mamadam, Toko Oleh-oleh di Bangka Tengah Spesial Dessert Manis dan Lembut

"Saya dan istri awalnya jualan di rumah dan berkeliling, lalu ditawari oleh pemerintah untuk mengisi stand di Taman Ujung ini. Ya, baru tiga bulan ini kami mulai berjualan di sini," tambahnya.

Hal yang menarik dari usaha Pak Komang Tirta adalah metode produksinya yang masih tradisional. 

Di tengah modernisasi dan penggunaan mesin dalam industri kerajinan, ia tetap mempertahankan kualitas dengan memproduksi semua barang secara manual. 

"Semua kami kerjakan dengan tangan. Anak dan istri saya juga ikut membantu. Untuk membuat satu tas anyaman, bisa memakan waktu sekitar satu minggu. Kami mengerjakannya dengan sangat teliti, agar hasilnya sempurna dan tidak ada cacat," jelasnya.

Dalam hal penjualan, Pak Komang Tirta lebih memfokuskan pada pesanan dan penjualan langsung di tempat, yaitu di area Bale Kapal, Taman Ujung.

Selain itu, ia juga menitipkan produknya di beberapa toko-toko lokal. 

Dengan harga yang relatif terjangkau, mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, pembeli sudah bisa memiliki kerajinan tangan berkualitas dari UMKM Ata Aksana Raya.

Namun, perjalanan mengembangkan UMKM ini tidak selalu mulus.

Pak Komang Tirta dan keluarganya sering kali menghadapi berbagai kendala, seperti permodalan, kenaikan harga bahan baku yang semakin mahal dan langka, serta kesulitan dalam menemukan tenaga kerja penganyam yang terampil. 

"Bahan baku semakin sulit didapat, dan mencari tenaga kerja yang mau dan mampu menganyam secara manual juga tidak mudah," keluhnya.

Meskipun begitu, Pak Komang Tirta tidak pernah menyerah. 

Dengan dukungan keluarganya, ia terus berusaha menjaga kelangsungan usahanya dan tetap optimis menghadapi masa depan. 

Usaha kecil ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi keluarganya, tetapi juga bagian penting dari pelestarian budaya kerajinan tangan Bali yang semakin terancam oleh arus modernisasi.

Halaman
1234