Sehingga tak semua orang bisa mengambilnya.
Agar tak musnah, maka tanaman ini perlu dibudidayakan.
Edelweiss dikenal sebagai bunga abadi karena bisa bertahan sampai 10 tahun.
"Awal ketika kami ingin fokus ke budidaya edelweiss juga sempat dicemooh. Namun setelah berkembang, mulai mendapat apresiasi masyarakat. Ini sebagai upaya menjaga budaya dan budidaya. Bahkan berikutnya bisa memberikan PAD bagi desa sekitar Rp 38 juta per tahun yang didapat dari tiket masuk wisatawan," kata Teguh, Sabtu (6/1/2023).
Pada 2022, perolehan hasil dari kegiatan yang ada di Desa Wisata Edelweiss hampir Rp 1 Miliar.
Sedang jumlah kunjungan wisata mencapai 38 ribu orang pada 2022.
Pada 2021 mencapai 19 ribu pengunjung.
Selain dari tiket wisatawan, juga ada pemasukan dari kafe, penjualan suvenir bunga edelweiss dll.
"Jumlah wisatawan yang datang di luar perkiraan kami. Mungkin kadung viral. Bahkan pada akhir pekan bisa mencapai 500 sampai 600 orang," jelas Teguh.
Pengembangan kawasan ini tak lepas dari peran Bank Indonesia perwakilan Malang yang memberikan CSR dalam bentuk prasarana sejak 2019.
Hasilnya menjadikan kawasan wisata ini tertata.
Bahkan ada kafe untuk menikmati view sekitar sambil makanan dan minum.
Untuk spot selfie, diberi tambahan jembatan di depan kafe.
Di lokasi kafe disediakan juga toilet yang bersih lengkap dengan musholanya.
Kepala BI Perwakilan Malang Samsun Hadi merasa senang dengan perkembangan desa wisata ini.