Ana mengaku belajar patchwork secara otodidak.
Memang bapaknya adalah seorang penjahit.
Namun bukan berarti, orang tuanya membelajari dirinya menjahit.
“Jadi semua serba otodidak. Bapak memang penjahit. Tetapi penjahit kaos. Sedangkan patchwork perlu metode khusus,” terang ibu satu orang anak ini.
Dia menjelaskan bahwa membuat patchwork secara otodidak.
Baca juga: Cerita Remaja Ponorogo Lahir di Pesawat Garuda Indonesia, Dapat Tiket Terbang Gratis Seumur Hidup
Setelah sebelumnya dia membuat masker home made saat pandemi Covid-19.
“Setelah habis masanya, saya mulai belajar lewat youtube. Bagaimana cara membuat patchwork. Bahkan dua tahun lalu saat percobaan saya pernah frustasi,” tambahnya.
Dia menjelaskan melakukan percobaan pembuatan patchwork sampai 5 kali.
Namun di mata dirinya selalu tidak berhasil dan sempat mau mogok tidak melanjutkannya.
“Njelalah (kebetulan) pasti ada jalan. Saya dapat ide dengan meluhat YouTube atau media sosial lain. Dan jadi seperti ini. Saya beri nama Ana dan Suna. Nama saya dan anak saya,” kata Ana.
Menurutnya, bahan dasar kerajinan patchwork miliknya adalah kain perca.
Dia membeli dari perusahaan garmen dengan harga kiloan.
“Sehingga dapat kainnya ndak sama. Kadang lebar kadang kecil. Mungkin juga tidak bisa seragam begitu. Hanya produksi beberapa saja,” tegasnya.
Sehari, dia bisa membuat patchwork jenis pouch sampai 10.
Dengan catatan patchwork yang dibuatnya seragam.
Baca tanpa iklan