Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

TEJE Hidayah

Kisah Pasutri di Ponorogo Bikin Kerajinan Tas Anyaman Jali, Berawal dari Kesulitan Cari Kerja

Penulis: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tas jali. Pasangan suami istri asal Ponorogo tak pernah menyangka tas jali buatan mereka akan sesukses ini.

Mustajib menjelaskan tidak ingin sukses sendiri.

Saat sudah nyaman dengan bisnis tas jalinya, dia mulai mengajak tetangganya, hingga merembet ke warga desa lain.

“Awalnya ada 3 sampai 5 ibu-ibu saya ajarin buat tas jali di rumah saya. Hingga merembet ke warga desa lain. Seperti di Kecamatan Siman, Sambit,” tegasnya.

Baca juga: Penjual Pecel di Alun-alun Ponorogo Getok Harga Rp 70 Ribu, Pembeli Syok Lauknya Cuma Peyek 1

Sampai saat ini, total ada 65 sampai 70 orang ikut dirinya.

Mereka biasa mengambil bahan tas jali di rumah Tajib setiap awal pekan, Senin.

Kemudian akhir pekan, Jumat atau Sabtu menyetorkan tas jali yang telah jadi.

Para pekerja itu bebas mau menyetor berapapun tas.

Semakin banyak, pendapatan mereka tentu lebih tinggi.

“UMKM Tas Jali ini saya rintis 2019. Jika covid 19 banyak yang bisnisnya porak poranda. Tidak dengan tas jali saya. Justru merangkak drastis,” ungkapnya.

Pasutri Bachron Mustajib dan Umul Hidayah di Ponorogo yang sukses membuat tas jali bermerek TEJE Hidayah. (ist)

Tidak hanya itu, ia berusaha tidak monoton, di mana setiap malam, pasti ada model baru yang diproduksinya.

“Saya pikir bagaimana model yang bagus. Besok paginya jadi, saya share ke para pekerja itu. Akhirnya mereka bisa juga,” ucapnya.

Menurutnya, ketika awal merintis permintaan tas jali hanya di kisaran Ponorogo dan kota sekitar.

Namun, ketika covid permintaan hingga Bali, Jakarta dan bernagai kota besar lain.

“Bahkan tembus pasar internasional. Ke Amerika sama Abu Dhabi juga ada. Cuma memang yang kirim bukan saya langsung,” tegasnya.

Baca juga: Viral Pernikahan di Ponorogo Pakai Mahar Beras 50 Kg, Tanam Padi Sendiri sebab Harga Naik

Saat ini Tajib mengirimkan setiap pekan. Seperti ke pulau Dewata (Bali), kemudian ke Makassar.

Halaman
123