Pertama, sebuah tugu dengan tinggi 17 meter, berwarna putih yang di atasnya terdapat simbol petir berwarna kuning.
Monumen tersebut diketahui merupakan titik dibacakannya proklamasi kemerdekaan RI pertama kali oleh Soekarno dan didampingi Moh Hatta.
"Di sinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta," demikian tulisan yang tertera pada logam di kaki monumen tersebut.
Kedua, tugu peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia.
Tugu yang juga berwarna putih tersebut, nampak lebih pendek jika dibandingkan tugu petir.
Bagian bawah tugu tersebut berbentuk trapesium, kemudian di atasnya diletakkan secara berundak tugu berbentuk prisma segitiga yang meruncing ke atas.
Di badan tugu tersebut, tertulis sebuah penanda dari logam, yakni "Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia, Atas Oesaha Kaoem Wanita Djakarta".
Diketahui, tugu tersebut merupakan monumen pertama yang dibangun di Taman Proklamasi.
Adapun peresmiannya, dilakukan pada 17 Agustus 1946 oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir selama masa pendudukan sekutu.
Namun sebenarnya, tugu tersebut pernah dihancurkan pada 1960 atas perintah Soekarno.
Penghancuran itu dilakukan karena adanya berita dari Surat Kabar Keng Po pada 14 Agustus 1960, yang menyebut bahwa angkatan 45 ingin Tugu Proklamasi dihancurkan.
Tugu yang terbuat dari marmer itu kemudian hancur menjadi tiga bagian.
Yang mana di salah satu pecahannya, terdapat keterangan tulisan 'Atas Oesaha Wanita Djakarta'.
Kabarnya, marmer itu disimpan oleh tokoh wanita Maria Ulfah dan Lasmidjah Hardi, dan Yos Masdani selama 12 tahun.
Yang mana ketiga orang itu, mendapat pecahan marmer dari Gubernur Jakarta kala itu, Soemarno Sosroatmodjo.