“Mochi kami akan selalu memakai filling yang bukan pasta, teksturnya lebih chewy, dan akan selalu mengangkat rasa tradisional Indonesia,” katanya.
Selain itu, Stefania juga menambahkan kalau packaging Moaci Gemini selalu ada taste of nostalgic.
Di mana satu dus Moaci Gemini yang berisi banyak mochi, diperuntukkan untuk keluarga yang bisa dimakan bersama-sama, sehingga ada rasa kebersamaan.
“Jadi kalau mereka menikmati mochi kami, mereka akan selalu ingat kebersamaan-kebersamaan itu sampai selamanya,” ungkap Stefania.
Berkat keunikan rasa, packaging, dan nilai-nilai yang dimiliki, Moaci Gemini diundang untuk mengikuti pameran yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mewakili provinsi Jawa Tengah dan juga mendapatkan piagam.
Lakukan inovasi
Moaci Gemini hingga kini terus melakukan inovasi agar tetap dikenal dengan membuat ide-ide dalam membuat varian kue moaci dengan rasa yang beragam.
Salah satunya dengan membuat moaci berbentuk bulat dan berbalut wijen.
Di mana dahulunya, bentuk kue moaci tidak bulat seperti sekarang ini, melainkan lonjong dan dipotong-potong beberapa bagian dengan hanya berbalut bubuk tepung dengan isi kacang.
Baca juga: 5 Hotel Murah Dekat Stasiun Semarang Tawang, Tarif Mulai Rp 30 Ribu per Malam
Moaci Gemini juga terus melakukan pengembangan varian rasa dan menjaga kualitas produk yang berorientasi pada kepuasan konsumen.
Tak cuma itu, Moaci Gemini juga telah mengikuti perkembangan zaman di era milenial dengan melihat perubahan yang terjadi di pasar.
Untuk itu, kini Moaci Gemini sudah mulai masuk ke penjualan online melalui media sosial seperti Instagram dan di e-commerce, sehingga konsumen yang belum bisa datang ke Semarang atau kangen Moaci Gemini bisa dengan mudah mendapatkannya.
Namun demikian, layaknya bisnis pada umumnya.
Stefania juga menghadapi tantangan dalam menjalankan Moaci Gemini.
Mochi ini adalah bisnis oleh-oleh yang sangat bersinggungan langsung dengan industri pariwisata, sehingga saat pandemi kemarin, Moaci Gemini pun ikut terkena dampak negatifnya.