"Kalau terlanjur di posisi dekat pusaran angin itu sebaiknya berhenti dan diam sejenak," kata dia.
Selain itu menutup mata dan menggunakan pelindung hidung hingga pusaran angin hilang.
Tujuannya untuk melindungi mata dan saluran pernapasan dari paparan langsung material pasir dan debu yang dibawa oleh angin tersebut.
"Tidak berbahaya tapi tetap harus melindungi diri karena dampaknya bisa menganggu kita," tutur Septi.
BMKG mengimbau masyarakat agar menjauh dari pusaran dust devil agar tidak mengalami dampak debu dari angin tersebut.
"Hindari berdiri terlalu dekat dengan dust devil dan usahakan untuk melindungi wajah serta mata dari debu dan pasir yang terbawa oleh angin," tambahnya.
Sedangkan saat kejadian puting beliung atau lesus, masyarakat diimbau berlindung dalam bangunan yang kokoh.
Pernah Terjadi di Dieng
Peristiwa munculnya fenomena dust devil itu juga pernah terjadi di kawasan wisata Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah pada Agustus 2023.
Peristiwa itu juga viral di media sosial, dari video yang berdurasi 43 detik yang dibagikan oleh warganet.
Terkait video angin di Candi Arjuna tersebut, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Agita Vivi mengatakan, fenomena pusaran angin seperti pada video tersebut merupakan dust devil.
Vivi menjelaskan, dust devil terbentuk akibat pemanasan permukaan tanah yang lebih kuat dan signifikan dibandingkan area sekitarnya.
Fenomena tersebut biasa terjadi pada kondisi cuaca cerah dengan langit biru dan sedikit awan pada wilayah yang cukup lapang.
"Fenomena ini berbeda dari puting beliung atau lesus karena puting beliung atau lesus terjadi akibat pusaran udara yang berasal dari awan comulonimbus," kata Vivi kepada Kompas.com, Selasa (22/8/2023).
Vivi menjelaskan bahwa fenomena dust devil cenderung terjadi pada musim kemarau lantaran disebabkan pemanasan permukaan yang lebih kuat.