Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Dampak Overtourism, Jepang Terapkan Tiket Masuk untuk Pendaki Gunung Fuji

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pendaki saat mendaki Gunung Fuji di Jepang.

"Tidak semua orang membayar 1.000 Yen, dan itu membuat saya sedih. Seharusnya ada tiket masuk wajib yang jauh lebih tinggi sehingga hanya pengunjung yang benar-benar menghargai warisan Gunung Fuji yang datang," katanya saat itu.

Sekarang, Takahashi akan mendapatkan keinginannya.

Namun, peraturan baru tersebut hanya berlaku di prefektur Yamanashi, yang merupakan lokasi jalur pendakian yang paling populer.

Gunung Fuji juga terletak di prefektur Shizuoka, yang belum menerapkan pajak atau pembatasan pengunjung.

Gubernur Nagasaki mengatakan kepada wartawan bahwa ia dan gubernur Shizuoka akan bertemu di akhir musim pendakian untuk bertukar pendapat.

Baca juga: Gegara Kelakuan Buruk Turis, Spot Foto Gunung Fuji di Jepang Bakal Ditutup

Tonton juga:

Masalah pariwisata Jepang

Pariwisata yang berlebihan telah menjadi masalah yang lebih besar di Jepang sejak negara itu dibuka kembali setelah pandemi.

Di Kyoto, penduduk lokal di kawasan bersejarah Gion telah menyatakan kekhawatiran mereka terhadap wisatawan yang berbondong-bondong ke sana untuk memotret dan terkadang mengganggu geisha yang tinggal dan bekerja di sana, sehingga mereka mendapat julukan 'paparazzi geisha'.

Meskipun pemerintah kota telah memasang rambu-rambu dan plakat yang meminta pengunjung untuk tidak memotret geisha, beberapa penduduk setempat mengatakan bahwa itu tidak cukup.

Salah satu saran yang diberikan oleh dewan lingkungan adalah mengeluarkan denda atau tiket.

Dan Kota Hatsukaichi, di prefektur Hiroshima di Jepang barat daya, juga terkena dampaknya.

Kota kecil ini merupakan rumah bagi gerbang torii "kuil terapung" berwarna oranye yang terkenal, yang merupakan bagian dari kompleks Shinto berusia 1.400 tahun.

Pada bulan Oktober 2023, kota tersebut mulai mengenakan biaya sebesar 100 yen (Rp 10 ribu) per pengunjung ke kuil tersebut.

Uang dari “pajak turis” digunakan untuk memelihara situs dan infrastrukturnya.

TribunTravel/nurulintaniar

Kumpulan artikel viral