Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Populer Dikunjungi Turis Asing, Jepang Justru Punya 4 Juta Rumah Terbengkalai, Kok Bisa?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi rumah terbengkalai atau terkenal dengan nama Akiya di Jepang

- Ehime: 12,2 persen

- Wakayama: 12 persen

- Shimane: 11,4 persen

- Yamaguchi: 11,1 persen

- Akita: 10 persen

Beginilah kondisi rumah terbengkalai atau Akiya di Jepang. (QuYi96, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

Sementara itu, Tokyo memiliki persentase rumah terbengkalai terendah, yaitu 2,6 persen.

Prefektur lain dengan pusat populasi perkotaan besar juga memiliki peringkat hochi akiya yang rendah, seperti Kanagawa (termasuk Yokohama) sebesar 3,2 persen), Aichi (Nagoya) sebesar 4,3 persen, dan Osaka , Fukuoka , dan Miyagi (Sendai) semuanya sebesar 4,6 persen.

Tetangga Tokyo selain Kanagawa, Saitama dan Chiba, juga mempunyai jumlah rumah terbengkalai yang rendah, masing-masing sebesar 3,9 dan 5 persen.

Mengingat pola migrasi ini, tidak sulit untuk membayangkan skenario di mana seseorang yang lahir di pedesaan pindah ke kota besar untuk bersekolah atau bekerja dan menetap di sana.

Kemudian, ketika orang tua atau kerabat lanjut usia di rumah meninggal dunia, atau ketika kerabat tersebut pindah ke rumah baru karena anak-anak sudah besar dan mereka tidak membutuhkan banyak ruang, rumah tersebut tidak digunakan lagi.

Mungkin anak yang pindah ingin kembali ke pedesaan setelah mereka keluar dari perlombaan tikus dan pensiun, tapi lamunan itu tidak pernah terwujud.

Mungkin kesulitan dalam mengkoordinasikan penjualan rumah warisan dari belahan negara lain membuat mereka terus menunda proses tersebut hingga bertahun-tahun berlalu, mungkin begitu banyak sehingga sulit lagi untuk menentukan siapa yang sebenarnya memiliki rumah tersebut secara sah.

Hasil?

Rumah terbengkalai semakin bertambah.

Dengan meningkatnya jumlah rumah terlantar, beberapa kota menjadi khawatir akan potensi risiko keselamatan seperti runtuh saat terjadi gempa bumi, angin topan, atau tanah longsor.

Namun, tidak ada solusi yang cepat dan sederhana untuk masalah ini.

Tidak hanya rumah-rumah yang terbengkalai di lokasi-lokasi yang permintaan akan tempat tinggalnya rendah, menurut laporan tersebut, bertahun-tahun tidak dihuni dan tidak dirawat telah menyebabkan sekitar 20 persen di antaranya rusak atau lapuk hingga tidak lagi diperuntukkan bagi manusia.

Ambar/TribunTravel