TRIBUNTRAVEL.COM - Jepang terkenal dengan budayanya yang menawan, keramahtamahannya yang hangat, dan masakannya yang lezat, menjadikannya magnet bagi wisatawan di seluruh dunia.
Namun, popularitas ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai overtourism di Jepang.
Baca juga: 3 Resep Masakan Teriyaki ala Jepang untuk Makan Siang, Simpel Banget Pakai Saus Instan
Baca juga: 5 Makanan Khas Jepang yang Cocok Buat Menu Sarapan Enak, Nikmati Segarnya Sup Miso
Bahkan menerapkan peraturan dan ketentuan baru, seperti untuk pendakian Gunung Fuji Jepang karena kerumunan dan sampah yang tak tertahankan.
Jepang mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai langkah, termasuk menetapkan kuota pengunjung, menaikkan tarif pada jam sibuk, dan mengembangkan infrastruktur untuk membubarkan lalu lintas wisatawan.
Baca juga: 7 Tempat Wisata Terbaik di Chiba Jepang, Ada Tokyo DisneyLand hingga Kuil Naritasan Shinshoji
Baca juga: Harga Tiket Masuk Art Aquarium Museum Ginza, Surga Pecinta lkan Mas di Tengah Kota Tokyo Jepang
Ada dorongan untuk mempromosikan kunjungan ke prefektur yang tidak terlalu ramai namun sama indahnya secara nasional.
Namun, seperti halnya pemandangan Gunung Fuji yang terkenal di belakang toko serba ada Lawson, para pejabat hanya menghilangkan pengalaman tersebut.
Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan integritas budaya Jepang sekaligus mengembangkan model pariwisata yang lebih berkelanjutan.
Ini juga merupakan cara terbaik untuk menghindari jebakan turis terburuk di Jepang.
Dilansir dari gaijinpot, berikut 7 cara Jepang mengatasi overtourism.
Baca juga: 5 Tempat Belanja Terbaik di Akihabara Jepang Buat Penggemar Anime, Manga dan Video Game
1. Biaya Baru bagi Wisatawan yang Masuk
Meskipun pariwisata membantu perekonomian, membangun dan memelihara objek wisata membutuhkan biaya yang mahal.
Untuk mengimbangi biaya pengelolaan infrastruktur pariwisata dan memitigasi dampaknya terhadap komunitas lokal, Jepang sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan biaya baru bagi wisatawan yang masuk, yang kemungkinan akan tiba pada tahun 2024-2025.
Jumlah ini merupakan tambahan dari pajak akomodasi dan pajak bandara yang sudah ada.
Meskipun biayanya masih belum ditentukan, diperkirakan sebesar ¥500-¥1,000.
2. Mempromosikan Perjalanan Tanpa Bagasi