Semasa agresi militer Belanda II pada 1948, toko tersebut dibakar hingga luluh lantak.
Tak hanya Toko Roti GO saja, sejumlah bangunan di Purwokerto turut hancur. Pemilik dan seluruh pekerja lari menyelamatkan diri.
"Menurut cerita orang tua saya, waktu itu toko musnah terbakar hanya menyisakan oven dan alat peracik roti berbahan besi yang kebal dari api.
Untungnya seluruh pekerja berhasil menyelamatkan diri," ujar Rosiani kepada Tribunjateng.com, Rabu (13/2/2019).
Baca juga: Film Taylor Swift The Eras Tour Tayang 3 November di Indonesia, Cek Jadwal dan Harga Tiketnya
Oven Kuno
Mesin oven kuno yang berusia ratusan tahun menjadi saksi bisu perjalanan toko Roti Go.
Oven tersebut menjadi mesin utama pembuatan roti. Oven legendaris itu dibangun dengan batu bata tahan api.
Tidak ada yang berubah dari tata letak bangunan.
Meski sempat terbakar, tetapi toko roti Go tak mengubah gaya bangunan menjadi terkesan modern.
Beberapa kali pasangan suami istri Rosani Wiogo dan FX Pararto Widjaja hanya menambal bagian dinding yang retak termakan usia.
Ciri khas dari toko roti Go adalah mempertahankan tradisionalitasnya.
Oven klasik itu masih menggunakan kayu bakar untuk memanggang roti.
Menurut penuturan Rosani Wiogo, pemanggangan dengan cara itu memengaruhi cita rasa roti yang kuat dengan aroma panggang alami.
Jika roti sudah masak, maka akan diambil menggunakan galah bambu yang dimodifikasi.
Dalam membuat roti seluruh pekerja hanya mengandalkan insting.
 Baca tanpa iklan
                           Baca tanpa iklan