Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Menguak Kengerian 'Pulau Kanibal', Tempat Para Tahanan Dipaksa Makan Satu Sama Lain

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sungai Ob, tempat Pulau Nazino berada.

Dari lebih dari 6.000 orang yang dikirim ke Pulau Nazino, hanya sekitar 2.000 orang yang masih hidup saat pulau tersebut dievakuasi pada bulan Juli.

Pada bulan itu, para korban dikirim ke kamp kerja paksa lainnya.

Namun hanya segelintir dari mereka yang berada dalam kondisi kerja, dan hampir semuanya mengalami luka fisik dan psikologis.

Warisan Berdarah Pulau Kanibal

Setiap bulan Juni, sebuah upacara diadakan di pulau itu dan di kota terdekat untuk memperingati para korban yang meninggal di Pulau Kanibal. (NKVD Investigation Prison Memorial Museum)

Setelah Pulau Kanibal dievakuasi dan ditutup, pejabat Soviet Vasily Velichko mewawancarai puluhan orang dan mengirimkan laporannya kepada atasannya.

“Orang-orang mulai sekarat,” sebagian terbaca dalam laporan Velichko. “Mereka mati terbakar hidup-hidup saat tidur di dekat api. Mereka meninggal karena kelelahan dan kedinginan.”

Radio Free Europe melaporkan bahwa laporan Velichko menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan pejabat Moskow, yang kemudian menyelidiki tuduhan mengejutkan tersebut dan menemukan bahwa sebagian besar tuduhan tersebut benar.

Beberapa penjaga kamp Pulau Nazino sempat dipenjarakan, namun kebenaran tentang pulau itu disembunyikan dari publik selama beberapa dekade.

Bahkan Velichko tetap diam tentang hal itu.

Kengerian yang terjadi di Pulau Kanibal akhirnya terungkap pada tahun 1994.

Saat ini, sekelompok penduduk setempat melakukan perjalanan ke pulau tersebut untuk meletakkan bunga di dasar salib kayu setiap tahun.

Mereka berharap dapat menghormati kenangan orang-orang yang kehilangan nyawa mereka secara kejam di pulau itu pada tahun 1933.

Hampir seratus tahun setelah perahu “pemukim” pertama tiba, Pulau Nazino tampak seperti tempat yang sepi.

Selain salib kayu, tidak ada tanda-tanda kengerian yang terjadi di tepiannya.

Ambar/TribunTravel