TRIBUNTRAVEL.COM - Ada sebidang tanah terpencil di tengah sungai Siberia bernama Pulau Nazino.
Jauh dari peradaban, saat ini tempat ini sepi.
Baca juga: Kisah Mengerikan Pulau Vozrozhdeniya, Lahan Biologis yang Diresapi Antraks
Baca juga: 7 Tempat Wisata Terbaik di Hiroshima Jepang, dari Pulau Kelinci hingga Kuil Itsukushima yang Ikonik
Namun pulau ini memiliki masa lalu yang kelam.
Dulunya dikenal sebagai 'Pulau Kanibal'.
Baca juga: Liburan ke Danau Toba, Cek 5 Hotel Murah di Pulau Samosir dengan Tarif Rp 200 Ribuan Per Malam
Baca juga: Kisah Wanita Pilih Tinggal di Pulau Terpencil Secara Gratis, Cuma Bayar Minuman Saja
Pada Mei 1933, lebih dari 6.000 tahanan Soviet dikirim ke pulau itu untuk membangun pemukiman sebagai bagian dari jaringan gulag Joseph Stalin.
Karena pulau itu penuh sesak – yang panjangnya kurang dari dua mil dan lebarnya sekitar 2.000 kaki – dan tanpa tempat berlindung, makanan, atau peralatan, para tahanan terpaksa melakukan tindakan ekstrem dan kekerasan untuk bertahan hidup.
Dalam tiga hari, banyak yang mulai beralih ke kanibalisme.
Selain penyakit dan kelaparan, hanya 2.000 tahanan yang masih hidup ketika Soviet menutup pulau itu pada bulan Juli.
Meskipun laporan tentang apa yang terjadi di Pulau Nazino awalnya disembunyikan dari publik, kengerian yang terjadi di sana akhirnya terungkap.
Mengirim Tahanan Soviet ke Pulau Nazino
Kisah bagaimana Pulau Nazino kemudian dikenal sebagai Pulau Kanibal dimulai dari diktator Soviet Joseph Stalin.
Setelah ia mengambil alih kekuasaan setelah kematian Vladimir Lenin, Stalin memperluas jaringan gulag Soviet , yaitu kamp kerja paksa di mana pemerintahnya dapat mengirim siapa pun yang dianggap “tidak diinginkan”.
Kamp-kamp ini memiliki tujuan ganda.
Mereka tidak hanya menghilangkan “hal-hal yang tidak diinginkan” dari masyarakat Soviet, tetapi secara teori, mereka juga dapat menciptakan komunitas mandiri di pelosok Uni Soviet.
Dilansir dari allthatsinteresting, Pulau Nazino adalah satu daerah terpencil yang dipilih untuk pemukiman.