Ada satu aspek yang akan kamu perhatikan setibanya di Jepang: banyaknya mesin penjual otomatis yang berjejer di jalan.
Dengan jumlah mesin penjual otomatis yang berjumlah 3,97 juta, Jepang memiliki satu mesin penjual otomatis untuk setiap 32 orang di negara tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Asosiasi Produsen Mesin Penjual Otomatis Jepang.
Statistik yang mengesankan ini menempatkan Jepang sebagai pemimpin global dalam hal kepadatan mesin penjual otomatis.
Mesin bagus ini menawarkan berbagai produk, mulai dari minuman dan makanan ringan hingga pizza dan bahkan payung.
Mesin penjual otomatis di Jepang memenuhi budaya kenyamanan, di mana waktu sangat dihargai.
Mereka menyediakan cara cepat dan bebas repot bagi orang-orang untuk mengakses berbagai macam produk saat bepergian.
2. Ada tiga sistem penulisan yang berbeda.
Jepang tidak hanya mempunyai satu tapi tiga sistem penulisan yang berbeda: Kanji (漢字), Hiragana (ひらがな), dan Katakana (カタカナ).
Saat ini, ketiga sistem penulisan ini digunakan secara kombinasi satu sama lain.
Bagi mereka yang terbiasa hanya menggunakan satu sistem penulisan seperti abjad Latin/Romawi (aksara standar bahasa Inggris), hal ini mungkin terasa sulit untuk dibayangkan, namun orang Jepang jarang menggunakan satu aksara saja.
Meskipun Jepang berpotensi menyederhanakan sistem penulisannya, negara ini tampaknya puas dengan keindahan dan fungsi ketiganya, serta melestarikan warisan linguistiknya yang kaya.
3. Hubungan antara tato dan Jepang.
Meskipun tato telah menjadi bentuk seni dan ekspresi diri di banyak kebudayaan, di Jepang, tato memiliki konotasi yang berbeda.
Secara historis, tato dikaitkan dengan kejahatan terorganisir dan anggota yakuza (mafia Jepang).
Meskipun sikapnya mulai berubah, beberapa tempat umum di Jepang, seperti onsen (pemandian air panas), kolam renang, dan ryokan (penginapan) tradisional, mungkin membatasi masuknya mereka yang bertato.
Baca tanpa iklan