Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Liburan ke Jepang

Cara Mengunjungi Onsen di Jepang Buat Wisatawan yang Bertato

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mannenyu, satu onsen ramah tato di Tokyo Jepang yang bisa kamu coba.

Pada abad ke-7, korelasi pertama antara tato dan hukuman tercatat ketika Kaisar menghukum pemberontak Hamako, Muraji dari Azumi, dengan tato daripada hukuman mati.

Tato itu dimaksudkan untuk menghukumnya dengan rasa sakit fisik dan psikologis, karena itu menandai dia sebagai penjahat.

Pada abad ke-17, tato telah menjadi bentuk hukuman yang dapat diterima dan diperuntukkan bagi penjahat terburuk.

Biasanya berupa kombinasi pola dan simbol, yang sering kali menyiratkan tempat terjadinya kejahatan.

Mereka yang bertato dijauhi oleh keluarga dan masyarakat umum serta tidak mendapat tempat di masyarakat.

Pada akhir tahun 1700-an, para penjahat mulai menutupi tato mereka dengan desain dekoratif yang mereka pilih sendiri, sehingga tato digunakan sebagai hukuman.

Di sinilah letak kisah asal muasal kaitan antara kejahatan terorganisir dan tato.

Pada abad ke-18, tato dekoratif telah menjadi bentuk seni yang populer namun akhirnya dilarang karena hubungannya dengan kejahatan.

Ketika tatodianggap ilegal, tato semakin banyak digunakan oleh mereka yang tergabung dalam budaya tandingan, terutama oleh yakuza (mafia Jepang).

Bagi yakuza, tato secara fisik menunjukkan keberanian, kesetiaan, dan penolakan anggotanya terhadap hukum.

Baca juga: 10 Tempat Wisata di Kyoto Jepang Buat Menyaksikan Keindahan Bunga Sakura

Ilustrasi sekelompok yakuza yang sedang mengikuti festival di Jepang (Flickr/Ari Helminen)

Baca juga: Tak Sembarangan Dikubur, Ini yang Terjadi saat Hewan Peliharaan Mati di Jepang

Apakah Zaman Berubah?

Pandangan terhadap tato terus berubah, terutama di kalangan generasi muda.

Pada 2021, sebuah survei menemukan bahwa 60 persen orang Jepang berusia 20 tahun ke bawah percaya bahwa peraturan tato harus dilonggarkan.

Meskipun terjadi perubahan sikap, survei menunjukkan bahwa lebih dari separuh tempat pemandian air panas (onsen) terus memberlakukan larangan terhadap tato pada tahun 2015.

Sayangnya, tren ini tetap berlanjut meskipun ada seruan dari pemerintah agar operator spa melayani wisatawan asing yang bertato menjelang acara internasional seperti Piala Dunia Rugbi dan Olimpiade.

Halaman
1234