Pelaku mengatakan saat itu temannya kecelakaan dan sedang dirawat di rumah sakit di wilayah Kuta, Badung.
Pelaku saat itupun meminta tas atau barang-barang temannya yang masih ada di villa.
Namun satpam tidak memberikan, karena takut terjadi hal yang tak diinginkan.
"Kami tidak kasih barang yang diminta, tapi kami minta agar diajak ke lokasi di mana motor sewaan tersebut, sekaligus ingin tahu kondisi temannya. Kami tawarkan jasa pengantaran tanpa dipungut biaya. Tapi tiba-tiba dia emosi melakukan pemukulan, lalu kabur," jelas Darma.
Baca juga: Viral Bule Meditasi Tanpa Busana di Tempat Suci Bali, Aksinya Dikecam Warganet
Darma dan warga setempat keheranan saat pelaku kabur.
Sebab usai berlari dalam beberapa menit, ia tiba-tiba menghilang.
Padahal jalur di depan vila cukup lapang, sehingga mudah untuk mengejar pelaku.
"Pelaku tiba-tiba hilang. Warga sendiri tidak ada yang melihat saat dia berlari di jalanan. Informasi terakhir ia kini sedang berada di hotel (kawasan Nusa Dua)," ujar Darma.
Pihaknya semakin dibuat kebingungan.
Sebab sekitar dua jam pasca kejadian, pihaknya ditelepon oleh Duta Besar Amerika di Bali, bahwa pelaku mengaku saat itu diintimisasi.
"Dubesnya nelpon kami bahwa WNA tersebut mengaku diintimidasi. Kami tegaskan, kami tidak pernah mengintimidasi, apalagi mengintimidasi wisatawan. Kami sangat menghormati setiap wisatawan yang kami temui, apalagi yang menginap di tempat kami," ujar Darma.
Baca juga: Petugas Imigrasi di Tangerang Tewas usai Dilempar Bule Korea dari Lantai 19 Apartemen
Ketua PHRI Bali buka suara
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace juga menyoroti kualitas turis yang kini berlibur ke Bali.
Pria yang pernah menjabat Wakil Gubernur Bali dan Bupati Gianyar itu menyebut kondisi ini terjadi karena berbagai faktor.
Namun dua faktor utamanya adalah keamanan dan ketatnya persaingan antar investor di bidang pariwisata.