Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

7 Makanan Khas Imlek yang Jadi Simbol Keberuntungan, Mulai dari Ayam Utuh sampai Tangyuan

Penulis: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tangyuan untuk disajikan saat Imlek.

Ikan biasanya diolah dengan cara dikukus dengan beragam bumbu.

Baca juga: Jadi Penutup Imlek, Wajib Coba 5 Kuliner Khas Singkawang saat Cap Go Meh

2. Pangsit China (Kekayaan)

Ilustrasi jiaozi. (Flickr/markni123)

Pangsit atau jiaozi adalah makanan keberuntungan klasik untuk Tahun Baru Imlek yang sangat populer di Tiongkok, khususnya di Tiongkok Utara.

Pangsit dapat dibuat seperti perak China yang bukan batangan, melainkan berbentuk perahu, lonjong, dan kedua ujungnya menghadap ke atas.

Legenda mengatakan bahwa semakin banyak pangsit yang dimakan saat perayaan Imlek, maka emakin banyak uang yang dapat dihasilkan di tahun yang akan datang.

Pangsit umumnya terdiri dari daging cincang dan sayuran cincang halus yang dibungkus dengan adonan kulit tipis dan elastis.

Isian yang populer adalah daging babi cincang, udang potong dadu, ikan, ayam giling, daging sapi, dan sayuran.

Pangsit bisa dimasak dengan cara direbus, dikukus, digoreng, atau dipanggang.

Baca juga: 8 Tradisi Tahun Baru Imlek, Bagikan Amplop Merah hingga Nonton Barongsai

3. Ayam Utuh (Keberuntungan dan Keutuhan)

Dalam bahasa China, ayam dapat diartikan sebagai keberuntungan dan kemakmuran.

Ayam biasanya disajikan utuh, termasuk kepala dan kaki, untuk melambangkan persatuan dan keutuhan, sekaligus menandakan awal dan akhir yang baik pada sebuah ahun.

Ayam biasanya direbus atau dipanggang dengan bahan-bahan sederhana seperti jahe atau kedelai.

Secara tradisional, seekor ayam utuh pertama kali dipersembahkan kepada leluhur dan dewa untuk mendapatkan berkah dan perlindungan.

Menariknya, ceker ayam biasanya dimakan oleh pencari nafkah dalam keluarga, karena dipercaya dapat membantu mereka merebut kekayaan.

4. Kue Keranjang (Penghasilan atau Jabatan yang Lebih Tinggi)

Ilustrasi kue keranjang. (KOMPAS/RADITYA HELABUMI)
Halaman
1234