Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Pendaki Pertama Kali Naik Gunung Kena Erupsi, Selamatkan Diri dengan Berguling dan Ngesot

Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat pada Kamis (12/1/2023) siang. Ridho dan dua orang teman lainnya baru pertama kali mendaki saat Gunung Marapi di Sumatera Barat mengalami erupsi pada Minggu (3/12/2023).

Ia mengatakan, saat erupsi terjadi, ia memperkirakan sekitar 30 orang lebih pendaki berada di dekat kawah.

Ridho menjelaskan saat terjadi erupsi, ia bersama teman lainnya sedang dalam perjalanan turun dari puncak merpati.

"Saat terjadi erupsi, kami sedang dalam perjalanan turun sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu kami sedang berada tidak jauh dari puncak merpati," katanya.

"Di saat tengah perjalanan itu gunung meletus tanpa aba-aba atau erupsi. Saat erupsi itu kami langsung mencari tempat berlindung karena erupsi mengeluarkan batu-batu besar dan panas," sambungnya.

Baca juga: Viral Pendaki Gunung Marapi Sumbar Terjebak Erupsi, Tubuh Dipenuhi Abu hingga Alami Patah Tulang

Selanjutnya, kata Ridho, saat mencoba berlindung, ternyata batu panas yang dikeluarkan saat erupsi mengenai kakinya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan.

"Batu yang berterbangan mengenai kaki saya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan," jelasnya.

Selain itu, tangannya juga mengalami luka bakar karena kondisi tanah yang panas.

Ia sesekali meletakan tangannya ke lumut untuk mendinginkannya.

Abu vulkanik Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, membumbung tinggi pasca erupsi pada Minggu siang, 3 Desember 2023. (dok. PVMBG)

Berguling dan ngesot untuk selamatkan diri

Ridho mengatakan, saat berusaha turun, ia sedang bersama Adit dan Arbi.

"Kami bertiga waktu berusaha turun, karena Adit yang kondisinya masih bisa berjalan, jadi saya menyuruhnya untuk duluan turun dan mencari bantuan. Kalau Arbi kondisinya saat itu sudah parah," katanya.

Karena takut, ia bersama Arbi memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badannya karena sulit berjalan.

"Kami terus mencoba turun ke bawah dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badan," katanya.

Selanjutnya ia bersama Arbi menemukan sebuah pondok yang letaknya tidak jauh dari tempat biasa pendaki mendirikan tenda.

"Jadi kami masuk kedalam pondok lalu sembunyi dibawah meja," jelasnya.

Halaman
123