Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ngaku Kesurupan Hanoman, Pengamen yang Mendadak Ngamuk dan Serang Juru Parkir Diamankan Polisi

Editor: Kurnia Yustiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Seorang pengamen mendadak ngamuk dan serang juru parkir di Madura, ngaku kesurupan Hanoman.

“Korban (jukir) dan pelaku saling mengenal, sering cangkruk, sering nongkrong, kebetulan tadi itu mungkin tidak enak hati,” pungkas Heru.

Dari lokasi kejadian, polisi menyita gitar akustik beserta sepeda motor protolan milik RD.

Informasi yang dihimpun Tribun Madura dari masyarakat sekitar lokasi kejadian, RD merupakan pria asal Bojonegoro, beristrikan perempuan asal Kabupaten Sampang.

Namun, kini RD tinggal bersama putri semata wayangnya yang masih berusia 16 tahun, sementara isterinya telah meninggal dunia sekitar 6 bulan yang lalu.

Baca juga: Jarang Diketahui, 5 Pantai di Sumenep Madura Punya Lanskap Eksotis Tak Kalah dengan Lombok

Murid SMK Kesurupan Massal, Teriak hingga Pingsan

Bicara soal kesurupan, beberapa waktu lalu, puluhan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Trenggalek kesurupan massal usai mengikuti upacara.

Mereka pingsan diiringi teriakan hingga kehilangan kesadaran.

Kepala SMKN 1 Trenggalek, Suharyati mengatakan peristiwa tersebut diawali dari seorang siswa yang pingsan saat pembacaan naskah Pancasila dalam upacara bendera.

"Saat baru saja diangkat, ternyata siswa di sampingnya juga ikut pingsan lalu setelahnya teriak-teriak," kata Suharyati, Senin (16/10/2023).

Murid SMK kesurupan massal, teriak hingga pingsan. (Tribun Jatim Network/Sofyan Arif Candra)

Akibat teriakan dua siswa tersebut, seluruh peserta upacara tidak fokus lagi mengikuti upacara karena takut dan penasaran dengan teriakan tersebut.

"Pembina upacara lalu memutuskan untuk segera mengakhiri upacara," lanjutnya.

Setelah coba dilakukan pertolongan di UKS, nyatanya teriakan siswa tersebut makin menjadi-jadi.

Baca juga: Menelusuri Jejak Stasiun Kereta Api Non Aktif Madura, Ada yang Lokasinya di Puncak Bukit

"Dari situ dipastikan kalau sakitnya ini bukan dari sisi medis," kata Suharyati.

Siswa-siswa yang lain pun mengalami hal serupa, mayoritas siswa yang mengalami hal tersebut adalah perempuan kelas X.

Agar tidak semakin parah Suharyati pun memutuskan agar seluruh siswa belajar di rumah.

Halaman
123