Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Remaja yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat setelah Terjun Bebas di Ketinggian 10.000 Kaki

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Hutan Amazon dari ketinggian. Kisah seorang anak yang selamat dalam kecelakaan pesawat dan terjun di ketinggian 10.000 kaki.

Bertemu kembali dengan ayahnya

Sepertinya masalah Juliane Koepcke belum akan pernah berakhir, namun dia cukup menguasai bahasa Spanyol untuk menjelaskan kepada para pria tersebut apa yang telah terjadi.

Mereka memberinya pertolongan pertama dan perjalanan perahu selama tujuh jam ke desa terdekat, dari sana Juliane dipindahkan melalui pesawat ke rumah sakit di Pucallpa.

Di sana, dia bertemu kembali dengan ayahnya dan mulai pulih dari luka dan trauma yang dialaminya.

Berita tentang satu-satunya orang yang selamat yang berjalan melintasi hutan menyebar dengan cepat dan para jurnalis bergegas untuk mengambil berita eksklusif tersebut.

Saat masih dirawat di rumah sakit, remaja tersebut direcoki oleh wartawan, beberapa di antaranya bahkan berpakaian seperti staf medis untuk mendapatkan izin.

Juliane Koepcke melanjutkan untuk mendapatkan gelar Ph.D

Juliane Koepcke menjadi semakin tertutup.

Setelah sembuh, dia membantu menemukan lokasi kecelakaan dan menemukan jenazah penumpang yang tidak seberuntung dia pada hari itu.

Dia kemudian kembali ke Jerman, di mana dia menyelesaikan pemulihan fisiknya.

Kemalangannya bukanlah sesuatu yang ingin dia bagikan kepada orang lain.
Akhirnya, dia melanjutkan hidupnya, mengikuti jejak kedua orang tuanya.

Setelah belajar biologi di Jerman dan menyelesaikan gelar Ph.D. di bidang mamalia, dia kembali ke Peru, tempat dia melakukan penelitian tentang populasi kelelawar Amazon.

Tampaknya dia sudah pulih, namun wawancara dengan Vice beberapa dekade kemudian menunjukkan bahwa traumanya masih ada.

“Saya mengalami mimpi buruk dalam waktu yang lama, bertahun-tahun, dan tentu saja kesedihan atas kematian ibu saya dan orang lain datang berulang kali,” katanya. “Pikiran mengapa saya satu-satunya yang selamat?-menghantui saya. Itu akan selalu terjadi.”

Ambar/TribunTravel