TRIBUNTRAVEL.COM - Zealandia, benua kedelapan di Bumi, sebagian besar terendam di bawah laut.
Ahli geologi kini dengan cermat memetakan seluruh wilayah seluas dua juta mil persegi menggunakan data dari sampel batuan dasar laut.
Baca juga: Viral 2 Sahabat 81 Tahun Traveling 7 Benua Selama 80 Hari, Sebut Bali Jadi Destinasi Terindah
Baca juga: Nama Asli Benua Afrika Masih Menjadi Misteri Hingga Kini, Kenapa Ya?
Peta yang disempurnakan ini menyoroti sejarah geologi unik Zealandia.
Sekitar 83 juta tahun yang lalu, benua super Gondwana terpecah karena kekuatan geologis, sehingga memunculkan benua-benua yang ada saat ini.
Baca juga: 42 Fakta Unik Turki, Negara yang Terletak di Benua Asia dan Eropa
Baca juga: Peneliti Temukan Kembali Benua yang Hilang 40 Juta Tahun Lalu, di Sini Lokasinya
Proses ini juga melahirkan Zealandia, yang kini 94 persen terendam, dan hanya 6 persen yang membentuk Selandia Baru dan pulau-pulau tetangganya.
Zealandia masih relatif belum dijelajahi karena lokasinya di bawah air, sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai bentuk dan strukturnya.
Untuk memperbaiki hal ini, tim ahli geologi dan seismolog internasional menyempurnakan peta Zealandia yang ada dengan menganalisis sampel batuan dan sedimen yang dikumpulkan dari dasar laut dan pulau-pulau pesisir.
Mereka melengkapinya dengan analisis data seismik, menghasilkan peta Zealandia seluas 5 Mkm2 yang lebih tepat.
Studi ini mengungkap pola geologi yang mengisyaratkan adanya zona subduksi di dekat Dataran Tinggi Campbell di lepas pantai barat Selandia Baru.
Namun, anomali magnetik tidak ditemukan di wilayah ini, bertentangan dengan teori sesar mendatar sebelumnya.
Sebaliknya, para peneliti mengusulkan bahwa Sistem Anomali Magnetik Campbell dihasilkan dari peregangan Gondwana selama pemisahannya, yang akhirnya membentuk bagian bawah samudera Zealandia.
Analisis komposisi kimia dan petunjuk geologi menunjukkan bahwa subduksi tepian Zealandia terjadi hingga 250 juta tahun yang lalu, di bawah tempat yang sekarang disebut Dataran Tinggi Campbell.
Subduksi melibatkan satu tepi kerak yang memaksa tepi kerak lainnya masuk ke dalam mantel bumi.
Khususnya, anomali magnetik di wilayah tersebut tidak ada kaitannya dengan peristiwa ini.
Para penulis membantah keberadaan 'Sesar Campbell' dan berpendapat bahwa Zealandia dan Antartika keduanya mengalami deformasi internal yang besar.