TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah insiden mengejutkan terjadi ketika seorang pelanggan wanita mencoba membayar layanan ride hailing melalui sebuah aplikasi dengan tubuhnya, bahkan menawarkan temannya sebagai pilihan bagi pengemudinya.
Negosiasi aneh ini dibagikan di Mirror Media, sebuah situs media sosial Tiongkok, yang memicu komentar luas mengenai batasan etika.
Baca juga: 4 Misteri Sejarah Tiongkok yang Belum Terpecahkan hingga Sekarang, Monster Misterius di Danau Kanas
Baca juga: Dikira Pacar, Pria yang Temui Siswi di Tiongkok Ini Ternyata Ayahnya
Dilansir dari thethaiger, wanita tersebut meminta perjalanan jarak jauh dari Guangzhou, provinsi Guangdong, ke Hebei, provinsi Anhui, China.
Tarif yang dihitung adalah 1.244,8 yuan sekira Rp 2,6 juta yang harus dibayar dimuka oleh layanan ride-hailing.
Baca juga: Panduan Mengunjungi Summer Palace yang Ikonik di Tiongkok termasuk Waktu Terbaiknya
Baca juga: Liburan ke Tiongkok Makin Mudah, China Southern Airlines Operasikan Penerbangan Guangzhou-Bali PP
Tak bersedia membayar ongkos secara tunai, wanita tersebut mengusulkan kepada pengemudi agar menggunakan tubuhnya sebagai alat pembayaran.
Awalnya, pengemudi mengira dia meminta diskon atau membayar setengah ongkos di muka.
Namun saran wanita itu jauh dari itu; dia mengusulkan untuk bertukar layanan seksual dengan pengemudi sebagai kompensasi ongkos.
Lebih lanjut, ia menawarkan jika sang sopir ingin beristirahat di tempat persinggahan, ia dan temannya bersedia menemani hingga ke kamar.
Sopir diberikan pilihan untuk melakukan hubungan seksual dengan mereka satu per satu atau keduanya sekaligus, asalkan dia membebaskan ongkosnya, lapor Sanook.
Menurut laporan, pengemudi tersebut menyetujui usulan wanita tersebut dan bahkan membual tentang hal itu kepada sekelompok sesama pengemudi.
Ketika cerita ini tersebar luas, pengguna media sosial juga memberikan sentimen serupa, yang menyatakan bahwa wanita tersebut tampaknya adalah pekerja seks kelas atas.
Beberapa juga mencatat bahwa sepertinya pengemudi membayar untuk tidur dengan mereka, sehingga membuat mereka menjadi pelanggan satu sama lain.
Meskipun transaksi tersebut tidak lazim, insiden ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai batasan etika dalam perluasan lanskap layanan berbasis aplikasi.
Dalam berita serupa, seorang pekerja seks asal Tiongkok terlibat dalam penipuan imigrasi yang rumit setelah menolak meninggalkan Singapura karena visanya habis masa berlakunya.
Baca juga: Fakta Unik Gunung Huashan Tiongkok, Punya Jalur Pendakian Paling Berbahaya di Dunia
Dia mengakui memberikan layanan seksual dan membayar suap kepada petugas imigrasi sebagai imbalan atas penangkapannya, yang akan memungkinkan dia untuk tetap tinggal di negara tersebut.
Baca tanpa iklan