Jika mereka sangat terlatih, bisa jadi mereka cuma butuh 3 butir peluru untuk menumbangkan 1 lawan, bisa jadi malah cuma butuh 2 butir.
Berarti kelompok ini memiliki kemampuan menumbangkan 365 personel lawan yang kemungkinan tidak sesiap mereka saat diserbu oleh mereka.
Bisa dibayangkan berapa besar daya rusak yang diciptakan dari Aksi mereka ini jika berhasil dieksekusi ??! Pembantaian Massal !!!
Apa yang terjadi jika mereka menyerbu gudang persenjataan misalnya ??!
Atau disebar untuk menyerbu beberapa tempat pusat keramaian seperti Mall ??!
Apresiasi tertinggi sungguh harus diberikan kepada Densus 88 karena bisa menyita dan mengaggalkan rencana Aksi Pembantaian Massal ini.
Bisa dibayangkan jika omongan Fadli Zon dikabulkan dan Densus 88 dibubarkan seperti perkataannya ??!!!
Unggahan Mas Steff ini pun turut ditanggapi warganet. "Itu KKB yg tiap hari petantang patenteng terang2an bawa senjata kenapa ga disebut TERORIS, dan kenapa terkesan di biarkan ya? Sementara ini cma menemukan senjata segitu saja dianggap penemuan besar,"balas akun Moemoe @Moemoe54769338.
"Kamu gak baca ya tulisan saya?? penemuan kemarin itu punya kemampuan melakukan pembunuhan massal hingga 300-500 orang sekaligus, bahkan KKB aja ga sebiadab itu," balas Mas Steff.
"Dan medan peperangannya juga berbeda dengan target berbeda Teroris ini sengaja menyasar kumpulan banyak masyarakat sipil Karena ketika mereka berhasil melancarkan aksinya, dampak teror ketakutan yg mereka timbulkan sangat massive,"sambungnya.
Sekadar informasi, sebelumnya Fadli Zon mendesak lembaga Densus 88 sebaiknya dibubarkan.
Dia menilai keberadaan Densus kerap menciptakan narasi Islamofobia di masyarakat.
"Narasi berbau Islamofobia tak akan dipercaya rakyat lagi," cuit Fadli dalam akun Twitter pribadinya @fadlizon, Rabu (6/10/2021) lalu.
"Dunia sudah berubah, sebaiknya Densus 88 ini dibubarkan saja. Teroris memang harus diberantas, tapi jangan dijadikan komoditas," ujarnya.
Menurut dia, sebaiknya persoalan teroris di Indonesia diserahkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme saja.
"Sudah terlalu banyak lembaga yang tangani terorisme. Harusnya @BNPTRI saja,"pungkasnya.
Penjelasan Dirut PT KAI
Sementara, Direktur Utama PT. KAI (Persero) Didiek Hartantyo mengungkap identitas DE, pegawainya yang ditangkap oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.
Menurut Didiek, DE bekerja sebagai Petugas Langsir (PLR) di wilayah Daerah Operasional (Daop) 1 Stasiun Jakarta Kota. DE bergabung di KAI pada 2016 silam.
Petugas Langsir di PT KAI memiliki tanggung jawab untuk memandu pergerakan rangkaian kereta, gerbong, atau lokomotif untuk berpindah jalur rel.
"Salah satu pegawai kami juru langsir di Stasiun Jakarta Kota," kata Didiek dikutip dari Kompas.com, Selasa (15/8/2023).
Didiek menanggapi positif apa yang telah dilakukan Tim Densus 88 terhadap pegawainya tersebut. KAI siap bekerja sama.
"Kami siap kerja sama dengan pihak kepolisian dalam rangka untuk menyelesaikan masalah pegawai kami tersebut ya," ujar Didiek.
PT. KAI sudah menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat kepolisian.
"Jadi kami serahkan prosesnya dan siap koordinasi," ungkap Didiek.
Cegah radikalisme
Didiek mengaku, selama ini telah melakukan upaya maksimal dalam upaya mencegah paham radikalisme di internal PT KAI.
"Secara internal, KAI bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mulai tahun 2018," terang Didiek.
"Dan tahun 2021 pada masa pandemi kita perbaharui di stasiun Bandung waktu itu. Saya bersama Kepala BNPT, Pak Komjen Boy Rafli Amar, dalam rangka pencegahan itu," imbuhnya.
Didiek mengklaim, selama ini PT KAI bersama BNPT sudah melakukan sosialisasi pencegahan terorisme ke seluruh Indonesia.
"Waktu itu Pak Boy Rafli kita bawa ke seluruh Daop se Pulau Jawa dan jajarannya ke Pulau Sumatera untuk mencegah paham-paham radikalisme seperti ini," ucap Didiek.
Artikel di atas telah tayang di Tribun Medan dengan judul Senjata Dimiliki Pegawai BUMN PT KAI yang Ditangkap Densus 88 Bisa Menewaskan 365 Orang Sekaligus.