Parsa mengatakan mereka tidak terlalu memusingkan situasi pada awalnya karena mereka diberitahu bahwa mereka akan melakukan penerbangan lain pada hari berikutnya.
Mereka juga ditempatkan di sebuah hotel untuk beristirahat malam itu.
Baca juga: Bikin Onar di Pesawat, Seorang Penyanyi Disetrum 3 Kali dalam Penerbangan
Keesokan harinya, 23 Juli, mereka menunggu di lobi hotel bersama semua orang dari penerbangan untuk menunggu bus yang membawa mereka kembali ke bandara Brindisi.
Tetapi bus itu tidak pernah datang, dan sebaliknya, mereka menerima pesan yang mengatakan bahwa pesawat akan berangkat keesokan harinya.
Mereka memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitarnya untuk menghabiskan waktu.
Akan tetapi pada hari itu, Parsa mengatakan dia menerima teks lain dengan arahan baru.
Arahan tersebut mengatakan bahwa pesawat ke Kroasia akan berangkat pada hari yang sama, 23 Juli.
Jadi, pasangan itu bergegas kembali ke bandara.
Pesawat dijadwalkan berangkat pada tengah malam, tetapi menjelang keberangkatan, desas-desus mulai beredar bahwa pesawat itu kelebihan pesanan dan tidak semua orang bisa naik ke dalamnya.
"Tentu saja, semua orang mulai panik," kenang Parsa.
"Ada beberapa wanita Prancis yang lebih tua yang menangis kesakitan, dan orang lain berteriak, orang-orang saling mendorong. Itu berantakan," imbuhnya.
Baca juga: Penumpang Ambil Alih Pesawat saat Pilot Sakit di Tengah Penerbangan & Berhasil Mendarat Darurat
Ketika giliran Parsa dan pacarnya untuk naik, dia mengatakan mereka tidak diberi tiket dan dia tidak tahu mengapa mereka tidak dipilih karena pemilihannya tampak "benar-benar acak".
Penerbangan itu, yang berangkat beberapa jam lewat tengah malam, menyebabkan 15 orang terlantar.
Dia mengatakan staf bandara berjanji kepadanya bahwa mereka akan dapat naik pesawat yang berangkat pukul 05.50 pagi pada 24 Juli ke Roma, dan dapat terhubung ke penerbangan ke Dubrovnik yang berangkat pukul 7 malam hari itu.
Pada saat itu, sekira pukul 2 pagi, Parsa mengatakan dia dan pacarnya "sangat kesal" dan "dehidrasi".