Hal ini terjadi biasanya saat suatu wilayah memasuki puncak musim kemarau.
Diketahui pada musim ini dapat membuat penyebab daerah di pegunungan mengalami kondisi udara kurang dari titik beku.
Hal tersebut dikarenakan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang ketimbang dataran rendah.
Molekul udara yang renggang juga membuat proses pendinginan lebih cepat terlebih saat cuaca sedang cerah dan tidak tertutup awan atau hujan.
Sehingga uap air di udara pada malam hari mengalami kondensasi yang akan mengembut, menempel jatuh di tanah, daun, atau rumput.
Uap air di udara pada malam hari pun mengalami kondensasi dan akan mengembun.
Baca juga: Dieng Kembali Diselimuti Embun Es, Simak Tips Antisipasi Kondisi Suhu Dingin
Hal inilah yang kemudian membuat air embun jadi lebih cepat membeku, namun relatif fluktuatif.
Di Indonesia sendiri, fenomena ini kemudian disebut sebagai embun upas atau bun upas.
Bun upas sendiri memiliki arti embun racun yang diambil dari kata upas karena efeknya dapat membuat tanaman mati.
Di Dieng, fenomena bun upas terjadi karena suhu udara di sana yang belakangan ini relatif rendah.
Hasbiantoro mengatakan bahwa suhu Dieng beberapa hari terakhir bahkan menyentuh angka 2-3 derajat celcius.
Hasbiantoro menjelaskan, ada tanda-tanda yang dapat dikenali saat embun upas akan turun pada besok paginya.
Biasanya saat malam hari terasa dingin dan langit terlihat cerah dan berbintang.
"Kalau malam harinya langitnya cerah ada bintang dipastikan ada embun upas," imbuhnya.
Baca juga: Fakta di Balik Batalnya Dieng Culture Festival 2023, Baru Akan Diadakan Lagi Tahun Depan
Jika benar terjadi fenomena ini, bun upas biasanya akan terlihat saat subuh hingga pukul 07.00 WIB.