Kebo bule yang dimaksud bernama Kyai Slamet.
Nama tersebut diambil dari salah satu pusaka berupa tombak milik Keraton Surakarta yang sering dibawa oleh Pakubuwono X saat berkeliling tembok Baluwarti setiap Selasa dan Jumat kliwon.
Baca juga: Menilik Alun-alun Keraton Surakarta, Kawasan Penuh Sejarah dan Warisan Budaya di Kota Solo
Nah, kebo bule senantiasa mengikuti dengan setia di belakang Pakubuwono X saat berkeliling.
Karena kebo bule selalu mendampingi saat ritual ini dilakukan, kemudian diberi nama kebo bule Kyai Slamet.
Kehadiran Kebo bule ini dipercaya membawa anugerah dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, sehingga selalu dinantikan dengan penuh harap oleh masyarakat.
3. Rute kirab
Pada saat kirab Malam 1 Suro, ribuan orang memadati sepanjang rute kirab.
Biasanya, kirab dimulai pada pukul 23.00 WIB.
Rute kirab umumnya dimulai dari Keraton Surakarta, menuju Jalan Pakoe Boewono-Bundaran Gladag, lalu Jalan Jenderal Sudirman.
Baca juga: Menilik Gerbong Bersejarah Peninggalan Pakubuwono X di Alun-alun Kidul Keraton Surakarta
Selanjutnya, kirab memutar di sekitar Benteng Vastenburg ke arah timur melalui Jalan Mayor Kusmanto, kemudian berbelok ke arah selatan melintasi Jalan Kapten Mulyadi, dan melanjutkan perjalanan ke arah barat memasuki Jalan Veteran.
Kirab berlanjut ke arah utara melintasi Jalan Yos Sudarso, kemudian berbelok ke arah timur melalui Jalan Slamet Riyadi, dan di Bundaran Gladag berbelok kanan (ke arah selatan) untuk kembali masuk ke dalam keraton.
4. Pakaian peserta kirab
Semua peserta kirab Malam 1 Suro mengenakan pakaian berwarna hitam.
Peserta pria mengenakan busana adat Jawa berwarna hitam atau busana Jawi jangkep.
Sementara itu, peserta wanita mengenakan kebaya berwarna hitam.
Baca tanpa iklan