Meski begitu, warung soto ini sangat terkenal dan jadi buruan.
Memiliki nama Soto Gedhek, ternyata alasannya karena dulunya warung tersebut sangat lama menggunakan gedhek (anyaman bambu) sebagai dindingnya, baru pada tahun 2003 yang lalu dibangun permanan.
Warung Soto Gedhek Cungkrungan telah ada sejak tahun 1958.
Warung soto ini buka mulai pukul 05.00 hingga 21.00 WIB.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Wahana Soko Alas, Tempat Wisata di Klaten yang Sempat Viral di Medsos
Sejarah soto di Indonesia
Banyak teori terkait asal usul soto, dilaporkan Kompas.com.
Sebagian mengatakan bahwa soto termasuk makanan asli Indonesia, sedangkan sumber lainnya menyebut bahwa sajian kaya rempah ini dipengaruhi oleh masakan peranakan Tionghoa.
"Ada yang mengatakan dengan teori masuk akal bahwa soto adalah makanan Indonesia yang berasal dari pengaruh peranakan Tionghoa yang bermula pada abad ke-19," ujar Fadly Rahman, sejarawan kuliner Indonesia saat dihubungi Kompas.com.
Fadly menuturkan, kata soto merupakan serapan dari kata jao to atau cau to yang berarti makanan berkuah menurut bahasa peranakan Tionghoa.
Kuah yang umum digunakan dalam soto terbuat dari kaldu daging.
Baca juga: 5 Aktivitas Seru di Wahana Soko Alas, Tempat Wisata Viral dan Instagramable di Klaten
Kuah ini kemudian disajikan bersama babat atau jeroan.
"Saat itu yang banyak didagangkan adalah bahan bakunya jeroan," tuturnya.
Penggunaan babat atau jeroan memperkuat anggapan bahwa soto mendapat pengaruh dari peranakan Tionghoa.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul 5 Tempat Makan Soto Legendaris di Klaten, Enak dan Bikin Ketagihan.