Nicholas Saputra pun terharu dengan antusias penonton yang luar biasa.
Baca juga: Peran Pura Mangkunegaran Solo Sebagai Pusat Kesenian Jawa, Sukses Lestarikan Karya Raden Mas Said
Ini adalah pertunjukan seni tradisi, dimana dalam kurun waktu beberapa jam setelah pemesanan pertunjukan dibuka melalui website tiket telah terjual habis 90 persen.
Dengan begitu, ini menandakan bahwa seni tradisi memiliki magnet dan relevansi dengan masyarakat umum saat ini.
"Hadirnya pementasan turut menghidupkan ekosistem seni pertunjukan yang berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat."
"Tidak hanya masyarakat Surakarta yang menonton, namun juga orang-orang dari berbagai kota di Indonesia bahkan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia," kata Nicholas Saputra kepada Tribunjateng.com, Kamis (22/6/2023).
Sementara itu Happy Salma mengatakan, Kota Solo merupakan kota kedua yang disinggahi kisah Calonarang yang ia produseri bersama Nicholas Saputra.
Happy berkisah bahwa Calonarang merupakan cerita rakyat dari Jawa yang kemudian berproses hingga lebih dikenal di Bali.
Ia merasa pertemuan sudah malah dan pura Mangkunegara merupakan bagian dari pemersatuan kebudayaan karena Jawa dan Bali punya hubungan yang sangat erat.
Baca juga: Pura Mangkunegaran, Tempat Tinggal Raja di Solo yang Megah dan Menarik Dijelajahi
Sementara itu, Sutradara Jro Mangku Serongga mengatakan, dua tokoh sentral itu sebagai simbol dualisme yang esensinya pada pertunjukan ini sebagai upaya penyelarasan atau harmonisasi sehingga akan muncul keharmonisan.
Mengutip TribunSeleb, Sudamala: Dari Epilog Calonarang menceritakan kisah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar serta ditakuti banyak orang termasuk membuat resah raja yang berkuasa saat itu, Airlangga.
Hal ini pula yang menyebabkan tak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayangnya, yang bernama Ratna Manggali.
Walu Nateng Dirah sangat kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah.
Luka hatinya itu akhirnya sementara terobati, setelah Ratna Manggali menikah dengan Mpu Bahula.
Kehidupan pernikahan ini ternyata dicederai Mpu Bahula.
la yang ternyata adalah utusan pendeta kepercayaan Raja Airlangga, mengambil pustaka sakti milik Walu Nateng Dirah yang akhirnya jatuh ke tangan Mpu Bharada.