Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pesawat Jatuh, Empat Anak Selamat setelah 40 Hari di Hutan Amazon

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi suasana di Hutan Amazon. Belum lama ini, sebanyak empat anak telah ditemukan hidup di hutan Amazon 40 hari setelah pesawat yang mereka tumpangi jatuh.

Maskapai penerbangan Peru, Lineas Aereas Nacionales Sociedad Anonima (LANSA), memiliki sejarah yang sedikit kelam.

Serangkaian kecelakaan membuat reputasi dan armadanya menyusut secara signifikan.

Puncaknya terjadi pada Desember 1971, dengan maskapai yang hanya memiliki sisa satu pesawat.

Pesawat tersebut berjenis turboprop Lockheed L-188A 'Electra', yang memiliki registrasi OB-R-941.

Menurut data dari ATDB.aero, kala itu usia pesawat baru 12 tahun setelah memulai layanan di bawah naungan maskapai Branif pada Agustus 1959.

Pesawat kemudian bergabung dengan LANSA pada mei 1970.

Ilustrasi pesawat dalam kondisi cuaca buruk. (unsplash/juliandufort)

Sayangnya pada 24 Desember 1971, pesawat satu-satunya milik LANSA tersebut mengalami kecelakaan dan menyebabkan berakhirnya operasional maskapai.

Pesawat terdaftar untuk mengoperasikan penerbangan LANSA 508, yang berangkat dari Bandara Internasional Jorge Chávez Lima (LIM) dengan tujuan Bandara Internasional Iquitos (IQT), di timur laut Peru.

Pesawat juga dijadwalkan transit di Bandara Internasional Captain Rolden (PCL) Pucallpa.

Jaringan Keselamatan Penerbangan mencatat bahwa ada 92 orang di dalamnya, terdiri dari 86 penumpang dan 6 awak.

Baca juga: Bertahan Hidup Minum Air Hujan, 2 Bocah Hilang Hampir Sebulan di Hutan Amazon Ditemukan

Melansir laman Simple Flying, Minggu (8/5/2022), bencana terjadi pada penerbangan pertama saat menghadapi area badai petir dan turbulensi kuat sekira 40 menit dalam perjalanan.

Pada titik ini, pesawat sedang mengudara di ketinggian sekitar 21.000 kaki atau 6.400 meter di atas permukaan laut.

Para awak memilih untuk melanjutkan penerbangan mereka melalui kondisi tersebut, dilaporkan karena berada di bawah tekanan untuk memenuhi jadwal Natal yang sibuk.

Namun, keputusan melanjutkan penerbangan terbukti fatal, lantaran pesawat disambar petir dengan konsekuensi yang membawa petaka.

Sambaran petir menyebabkan sayap kanan pesawat terbakar, dan akhirnya terpisah dari bagian pesawat lainnya.

Halaman
123