Lalu di ruang tengah dan depan rumah disusun kursi bila pembeli ingin menikmati mi ayam itu di lokasi.
Bu Parti bercerita, awal mula usaha mi ayam itu bermula dari sang suami yang berjualan sejak masih muda.
Baca juga: Mie Ayam Trikidjo dan 5 Mi Ayam di Solo yang Wajib Dicoba usai Acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah
"Bapak bekerja di Jakarta tahun 1983, kerja di warung mi ayam. Lalu pulang kampung ke Klaten tahun 1986 dan buka usaha ini sampai sekarang," ucapnya.
Suami Bu Parti, Muryoto, menambahkan, saat bekerja di warung mi ayam di Jakarta, ia juga belajar cara membuat mi dengan pengusaha keturunan Tionghoa.
Setelah mahir membuat mi, ia memutuskan untuk pulang ke Klaten.
"Saya merantau tahun 1983 itu selepas tamat SMP. Tiga tahun di Jakarta, lalu pulang kampung ke Klaten. Banyak pelajaran semasa di Jakarta termasuk cara bikin mi," akunya.
Baca juga: 5 Warung Mi Ayam di Jogja yang Terkenal Enak dan Murah, Cocok Buat Makan Siang yang Mengenyangkan
Baca juga: 6 Mi Ayam Enak di Semarang Buat Makan Siang, Porsi Jumbo hingga Lokasi Strategis Dekat Kampus
Menurutnya, dirinya saat tiba di Klaten, membuka warung mi ayam di daerah Gondangan, Jogonalan.
Saat itu, ia orang pertama yang berjualan mi ayam di kawasan itu.
"Harganya masih Rp 100 per mangkok. Laris waktu itu, sehari bisa dibeli 100 sampai 150 mangkok," ungkapnya.
Empat kali ia pernah gonta-ganti tempat jualan sebelum akhirnya menetap di Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah.
"Ini lokasi keempat, sekarang harga mi Rp 8 ribu per mangkok. Bukanya setiap sore mulai pukul 16.00 sampai 19.00," tukasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Mengenal Mie Ayam Bu Parti Rejoso Klaten, Eksis Sejak 37 Tahun Lalu